Apa Itu Fournado? Ketika Anak Mengamuk Tanpa Peringatan

Oleh MinDira | 19 Januari 2026 di Artikel
Bagikan artikel ini

Pernah mengalami anak yang tiba-tiba menangis keras, berteriak, melempar barang, atau marah hebat padahal sebelumnya terlihat baik-baik saja? Banyak orang tua menggambarkan momen ini seperti badai kecil yang datang mendadak. Inilah yang sering disebut dengan fournado. Baca Juga : Threenager - Ketika Anak Usia 3 Tahun Mulai Punya “Drama” Sendiri

Apa Itu Fournado?

Fournado adalah istilah non-medis yang digunakan untuk menggambarkan ledakan emosi anak yang datang tiba-tiba, intens, dan sulit dikendalikan, seperti badai kecil yang muncul tanpa peringatan.
Istilah ini merupakan gabungan dari kata “four” (usia anak yang sering mengalaminya, terutama balita–prasekolah) dan “tornado” (badai yang berputar dan merusak). Fournado terjadi ketika emosi anak menumpuk terlalu penuh, sementara kemampuan otaknya untuk mengatur emosi (self-regulation) belum berkembang matang. Akibatnya, emosi keluar dalam bentuk tangisan keras, teriakan, atau perilaku agresif.

Yang perlu dipahami orang tua, fournado bukan perilaku yang direncanakan anak. Anak tidak sedang mencari perhatian, tidak sedang memanipulasi, dan tidak bermaksud membuat orang tua kewalahan. Pada momen ini, anak justru kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Anak mungkin terlihat baik-baik saja sebelumnya, namun di dalam dirinya seperti lelah, frustrasi, bingung, atau emosinya tertahan terlalu lama.

Ketika kapasitas emosi itu penuh, ledakan pun terjadi. Fournado paling sering muncul pada anak usia dini karena bagian otak pengatur emosi (prefrontal cortex) masih berkembang, kemampuan bahasa belum cukup untuk mengekspresikan perasaan, dan anak masih belajar mengenali apa yang ia rasakan. Memahami apa itu fournado membantu orang tua mengubah sudut pandang dari “anak ini sulit” menjadi “anak ini sedang kesulitan”.

Kenapa Fournado Bisa Terjadi?

Fournado tidak muncul begitu saja. Ledakan emosi ini biasanya merupakan hasil dari berbagai faktor yang saling menumpuk, baik dari dalam diri anak maupun dari lingkungan sekitarnya. Karena anak belum mampu mengolah emosi secara mandiri, tekanan kecil yang terlihat sepele bagi orang dewasa bisa terasa sangat besar bagi anak. Berikut beberapa penyebab utama fournado pada anak:

  1. Otak Pengatur Emosi Belum Matang. Pada anak usia dini, bagian otak yang berfungsi mengatur emosi, fokus, dan kontrol diri belum berkembang sempurna. Saat emosi memuncak, otak anak belum mampu “menekan rem”, sehingga perasaan marah, kecewa, atau frustrasi langsung keluar dalam bentuk ledakan. Inilah alasan mengapa anak tidak bisa langsung tenang hanya dengan dinasihati.
  2. Emosi Menumpuk Terlalu Lama. Anak sering terlihat tenang dan patuh, padahal sebenarnya emosinya sedang menumpuk. Ketika perasaan lelah, kesal, atau kecewa tidak tersalurkan, tubuh anak menyimpannya. Begitu kapasitasnya penuh, emosi akan meluap secara tiba-tiba. Ledakan ini bisa terjadi hanya karena pemicu kecil, seperti mainan jatuh, diminta berhenti bermain, atau hal sederhana lainnya.
  3. Anak Kesulitan Mengungkapkan Perasaan. Anak belum memiliki kosa kata emosi yang cukup untuk mengatakan “Aku capek,” “Aku kecewa,” dan “Aku butuh waktu sendiri.” Karena tidak tahu cara mengungkapkan apa yang dirasakan, tubuh anak “berbicara” melalui tangisan, teriakan, atau perilaku ekstrem.
  4. Kelelahan Fisik dan Sensorik. Kurang tidur, lapar, atau terlalu banyak stimulasi (suara keras, aktivitas padat, layar gadget) dapat membuat sistem saraf anak lebih sensitif. Dalam kondisi ini, kemampuan anak untuk menahan emosi jauh menurun, sehingga fournado lebih mudah terjadi.
  5. Anak Sedang Belajar Mandiri. Pada usia tertentu, anak ingin merasa punya kendali atas dirinya. Ketika keinginan ini berbenturan dengan batasan orang tua, anak bisa merasa frustrasi karena belum mampu menyeimbangkan keinginan dan kenyataan. Perasaan frustrasi inilah yang sering memicu ledakan emosi.
  6. Anak Menyerap Emosi Sekitarnya. Anak sangat peka terhadap emosi orang dewasa.
    Ketegangan di rumah, suara tinggi, atau orang tua yang kelelahan secara emosional bisa memengaruhi kondisi emosi anak, meski tidak diucapkan secara langsung. Anak mungkin tidak memahami situasinya, tetapi tubuhnya ikut merespons tekanan tersebut.

Fournado vs Tantrum, Apa Bedanya

Banyak orang tua mengira semua ledakan emosi anak adalah tantrum. Padahal, fournado dan tantrum memiliki pemicu dan kebutuhan yang berbeda, meski tampilannya sekilas mirip. Memahami perbedaannya membantu orang tua memberi respons yang lebih tepat, bukan sekadar menghentikan tangisan.

  1. Dari Sisi Penyebab. Tantrum biasanya muncul karena keinginan anak tidak terpenuhi.
    Anak masih memiliki tujuan yang jelas, misalnya ingin mainan, ingin lebih lama bermain, atau tidak mau berhenti dari suatu aktivitas. Sementara fournado terjadi karena emosi anak sudah terlalu penuh. Bukan soal ingin sesuatu, tetapi karena tubuh dan emosinya sudah kewalahan.
  2. Dari Sisi Kesadaran Anak. Saat tantrum, anak masih cukup sadar dengan apa yang ia inginkan. Sering kali, jika keinginannya dipenuhi, emosi anak bisa mereda dengan cepat. Pada fournado, anak kehilangan kendali atas emosinya sendiri. Bahkan ketika orang tua mencoba menuruti atau menawarkan solusi, anak tetap sulit tenang karena ia sendiri tidak tahu apa yang dibutuhkannya.
  3. Dari Respons terhadap Orang Tua. Anak tantrum masih bisa “bernegosiasi”. Anak dalam kondisi fournado sering kali tidak merespons ajakan bicara, pelukan, atau penjelasan. Ini karena pada momen fournado, otak logis anak sementara “offline”.
  4. Dari Intensitas Emosi. Tantrum biasanya emosinya naik turun dan bisa berhenti lalu muncul lagi. Fournado cenderung emosinya sangat intens, berlangsung seperti satu gelombang besar, baru mereda setelah energi emosinya benar-benar habis.
  5. Dari Kondisi Setelah Emosi Reda. Setelah tantrum, anak bisa kembali bermain seperti biasa.
    Sedangkan setelah fournado, anak sering tampak lelah, kosong, bingung, atau butuh waktu untuk pulih.

Apa yang Sebaiknya Dilakukan Orang Tua jika Fournado

Saat fournado terjadi, tujuan utama orang tua bukan menghentikan emosi anak secepat mungkin, melainkan membantu anak melewati badai emosinya dengan aman. Pada momen ini, anak belum bisa diajak berpikir logis. Yang paling ia butuhkan adalah kehadiran orang dewasa yang tenang. Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan orang tua:

  1. Tetap Tenang, Walau Sulit. Emosi anak sangat mudah “menular”. Ketika orang tua ikut marah, panik, atau membentak, emosi anak justru semakin membesar. Ambil napas dalam, turunkan suara, dan ingatkan diri sendiri bahwa: Anak sedang kesulitan, bukan sedang menyulitkan. Ketenangan orang tua membantu sistem saraf anak perlahan ikut menurun.
  2. Hadir Secara Fisik dan Emosional. Anak yang sedang fournado tidak perlu ceramah, tetapi butuh rasa aman. Cukup duduk di dekatnya, jaga kontak visual jika memungkinkan, dan pastikan anak tidak sendirian. Jika anak menolak sentuhan, tetaplah berada di jarak aman sambil berkata: “Mama di sini ya.”
  3. Gunakan Kalimat Pendek dan Lembut. Saat emosi memuncak, anak tidak mampu mencerna kalimat panjang. Gunakan kalimat sederhana, diulang dengan nada tenang “Kamu aman.”, “Aku di sini.”, atau “Kita tarik napas pelan-pelan.” Nada suara lebih penting daripada isi kata-kata.
  4. Pastikan Keamanan Anak. Jika anak melempar barang, memukul, atau membenturkan tubuh seperti singkirkan benda berbahaya, tahan dengan lembut jika perlu, dan tanpa nada marah atau hukuman. Fokusnya adalah keamanan, bukan disiplin.
  5. Jangan Memaksa Anak Tenang. Mengatakan “sudah, jangan nangis” atau “berhenti sekarang” justru membuat anak merasa tidak dipahami. Biarkan emosi keluar sampai perlahan mereda. Tangisan adalah bagian dari proses regulasi emosi anak.
  6. Tunggu Sampai Emosi Benar-Benar Reda. Nasihat, aturan, atau diskusi tidak efektif saat anak masih emosional. Tunggu sampai tubuh anak rileks, napas melambat, dan suara mulai stabil. Barulah orang tua bisa masuk ke tahap berikutnya.

Setelah Anak Tenang, Apa Selanjutnya? Inilah momen penting untuk belajar bersama anak seperti : 

  1. Validasi Perasaan Anak. Bukan membenarkan perilakunya, tetapi mengakui perasaannya seperti “Tadi rasanya capek banget ya.” Atau “Kamu marah karena kecewa.” Validasi membantu anak merasa dipahami.
  2. Bantu Anak Memberi Nama Emosi. Ajarkan kosa kata emosi secara perlahan seperti marah, kecewa, sedih, dan lelah. Semakin anak mengenali emosinya, semakin kecil kemungkinan emosi meledak di lain waktu.
  3. Ajarkan Alternatif Penyaluran Emosi. Diskusikan bersama seperti cara meminta tolong, istirahat sejenak, menarik napas, dan memeluk boneka atau bantal. Latihan ini akan membangun kemampuan regulasi emosi anak.
  4. Bangun Rutinitas yang Mendukung Emosi Anak. Rutinitas tidur, makan teratur, waktu bermain, dan waktu tenang membantu mencegah fournado muncul terlalu sering. Anak yang merasa aman secara emosional lebih mampu mengelola perasaannya.

Temani Fase Fournado Bersama Produk Mandira.id

Fase fournado adalah masa ketika anak membutuhkan alat bantu yang tepat untuk menenangkan diri dan menyalurkan emosi. Produk-produk Mandira.id dirancang bukan sekadar untuk belajar membaca, tetapi juga untuk membangun rasa aman, kedekatan, dan kemampuan regulasi emosi anak hal-hal krusial saat menghadapi ledakan emosi tanpa peringatan. Berikut ini adalah rekomendasi buku Mandira.id sesuai kategori yang tersedia di Mandira.id

Back to Al-Qur'an & Hadits

Cocok untuk orang tua yang ingin mengenalkan nilai-nilai Islam dengan cara yang menyenangkan dan membumi.

  • Learning Islam For Kids – pengenalan dasar tentang Islam secara ringan dan aplikatif.
  • Wow Amazing Series – kisah-kisah luar biasa dari dunia Islam yang memukau anak-anak.
  • SabaQu for Muslim Kids – cara seru belajar Al-Qur’an dan nilai-nilai Islam lewat permainan.
  • Kisah Para Sahabat Rasulullah SAW – cerita inspiratif penuh teladan untuk anak-anak Muslim.

Explore The Knowledge

Mendukung rasa ingin tahu dan kecintaan anak terhadap ilmu pengetahuan sejak dini.

  • Confidence in Science – membangun kepercayaan diri anak dalam dunia sains.
  • How and Why – menjawab rasa ingin tahu anak dengan penjelasan yang sederhana.
  • Series Ilmuwan Muslim – mengenalkan tokoh-tokoh sains Muslim dengan bahasa anak.
  • Aesop’s Fables Read & Play – kisah moral klasik yang bisa dibacakan sambil bermain.
  • Little Mathematician – pengenalan konsep matematika yang mudah dan menyenangkan.

First Step Learning

Ideal untuk anak usia dini yang sedang dalam masa emas tumbuh kembang dan pembentukan karakter.

  • New Halo Balita – seri klasik yang disukai banyak orang tua untuk bonding dan edukasi dini.
  • Nabiku Idolaku Balita – mengenalkan kisah nabi-nabi secara lembut dan sesuai usia.
  • Funtastic Learning – aktivitas edukatif seru yang bisa dimainkan sambil belajar.
  • Baby All Baby – buku pertama si kecil untuk mengenal dunia di sekitarnya.
  • Healthy Kids – membiasakan hidup sehat dan mengenalkan kebiasaan baik sejak dini.

Ingin melengkapi koleksi buku anak di rumah? Di Mandira.id dapat mendapatkan buku anak premium berkualitas dengan berbagai pilihan program pembayaran yang fleksibel:

  1. Program Cash - Langsung beli sesuai harga, lihat produknya disini
  2. Program Arisan - Beli buku sambil menabung bersama teman-teman, lihat informasi selangkapnya disini
  3. Program Tabungan Buku - Nabung dahulu dan dapatkan koleksi buku impian jadi milik si kecil, lihat informasinya selangkapnya disini

Yuk, kunjungi Mandira.id sekarang dan pilih koleksi buku terbaik untuk si kecil! Klik di sini untuk cek koleksi dan program lengkapnya di Mandira.id!

Tags