Usia 0–5 tahun adalah masa emas perkembangan anak. Menurut Harvard University – Center on the Developing Child, otak anak membentuk lebih dari 1 juta koneksi saraf per detik. Artinya, kebiasaan kecil yang dilakukan setiap hari sangat menentukan IQ, EQ, karakter, dan kemampuan sosial anak di masa depan. Baca Juga : Indonesia Darurat Fatherless - Ketika Anak Tumbuh Tanpa Sosok Ayah yang Hadir
Berikut kebiasaan positif yang paling direkomendasikan Harvard beserta cara menerapkannya secara sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
Serve and Return
Serve and Return adalah konsep komunikasi dua arah antara anak dan orang dewasa yang menjadi pondasi perkembangan otak, emosi, bahasa, dan hubungan sosial pada anak usia 0–5 tahun. Istilah ini diperkenalkan oleh Harvard University – Center on the Developing Child sebagai metode paling penting dalam membangun otak anak secara optimal, terutama di masa golden age.
Apa Itu Serve and Return
Bayangkan permainan tenis seperti anak “mengirim bola” (serve) lewat isyarat, tatapan, ocehan, senyum, gerakan, atau tangisan. Ketika orang tua merespons dengan hangat (return), terjadilah komunikasi dua arah yang sangat penting bagi perkembangan otak. Interaksi ini mengaktifkan jutaan koneksi saraf baru yang membentuk dasar kecerdasan, empati, bahasa, dan rasa aman.
“Serve” (yang anak lakukan) bisa berupa Menunjuk benda, Mengoceh, Tersenyum, Menatap intens, Menangis, Mengangkat tangan minta digendong, dan Menggumam saat mendengar suara “Return” (respons orang tua) bisa berupa Senyum Kembali, Mengangguk, Menjawab ocehan, Menyebutkan benda yang ditunjuk, Mengangkat anak, Mengelus punggung, dan Memberi kata-kata lembut
Mengapa Serve and Return Sangat Penting
Berikut ini adalah alasan kenapa Serve and Return sangat penting seperti :
- Membangun Koneksi Otak yang Kuat. Tanpa respons hangat, jalur saraf melemah atau tidak terbentuk optimal. Setiap respons orang tua memperkuat jalur saraf yang berhubungan dengan Bahasa, Emosi, Self-regulation, Fokus, dan Kemampuan sosial
- Menumbuhkan Rasa Aman & Attachment yang Sehat. Anak belajar bahwa “Aku didengar, Aku berharga, Aku aman dengan orang tuaku.” Ini menghasilkan hubungan yang kuat dan berdampak hingga dewasa.
- Mengembangkan Kemampuan Bahasa. Ketika orang tua merespons ocehan atau kata-kata anak Kosakata tumbuh cepat, Anak belajar ritme percakapan, dan Anak paham makna kata melalui pengalaman
- Melatih Regulasi Emosi. Saat orang tua merespons tangisan atau rasa kesal, anak belajar Emosi itu wajar, Ada cara menenangkan diri, dan Ada orang dewasa yang menjadi “co-regulator”
- Meningkatkan Kemampuan Problem-Solving. Saat orang tua membantu anak mencari solusi (misal: mainan jatuh), anak belajar berpikir dua Langkah Kenali masalah dan Cari cara menyelesaikannya
Contoh Serve and Return dalam Kehidupan Sehari-hari
Berikut ini adalah contoh Serve and Return dalam kehidupan sehari-hari seperti
- Saat Bayi Mengoceh. Serve: Bayi “aaa uuu…” dan Return: “Iya sayang, kamu mau cerita apa? Wah, semangat yaaa!”
- Saat Balita Menunjuk Benda. Serve: Anak menunjuk kucing dan Return: “Iyaaa, itu kucing. Namanya Mimi. Warnanya putih ya?”
- Saat Anak Menangis. Serve: Anak rewel karena mainan rusak dan Return: “Kakak sedih ya mainannya rusak? Yuk kita lihat sama-sama.”
- Saat Anak Bawa Buku. Serve: Anak membawa buku ke orang tua dan Return: “Waaah Kakak mau dibacakan ya? Yuk sini, kita baca bareng.”
- Saat Anak Bertanya atau Bercerita. Serve: “Bunda, ini kenapa hujan?” dan Return: “Karena air di langit turun. Ayo lihat bersama dari jendela.”
Bagaimana Cara Menerapkan Serve and Return
Cara menerapkan Serve and Return dirumah seperti :
- Perhatikan Sinyal Anak (Notice the Serve). Lihat tatapannya, dengarkan ocehannya, perhatikan gesture. Kadang sinyalnya kecil sekali, misalnya senyum kecil atau menunjuk cepat.
- Balas dengan Hangat (Return). Respons tidak harus Panjang bisa dengan Senyum, Kata-kata lembut, Anggukan, Pelukan, dan Jawaban singkat
- Tiru, Tambahkan, Kembangkan. Terapkan teknik sederhana seperti Meniru dengan ulangi ocehan anak, Menambahkan dengan menambahkan ocehan anak “Ba… ba… iya itu bola!” dan Mengembangkan ocehan anak seperti “Bola warna merah ya. Kita lempar ya!”
- Ganti dari Perintah ke Percakapan. Hindari terlalu banyak “jangan” dan “ayo cepat” dengan mengganti “Jangan lari!” menjadi “Ayo pelan-pelan ya, biar aman.”
- Beri Waktu Anak untuk Merespons. Biarkan anak berpikir. Jangan terburu-buru mengalihkan.
- Ikuti Minat Anak. Jika anak tertarik pada mobil, fokuslah membangun bahasa & interaksi dari situ. Minat adalah pintu masuk stimulasi yang efektif.
- Hindari Distraksi Gadget. Harvard menekankan bahwa anak butuh wajah manusia, bukan layar.
Kesalahan Umum yang Menghentikan Serve and Return
Berikut ini adalah kesalahan umum yang akan menghentikan Serve and Return seperti :
- Mengabaikan sinyal anak
- Membentak ketika anak sedang mengungkapkan emosi
- Terlalu cepat mengalihkan (misal: kasih HP saat anak rewel)
- Memberi perintah terus-menerus
- Menganggap ocehan atau celoteh anak tidak penting
Serve and Return bisa terhenti hanya karena Orang tua sibuk, Terlalu Lelah, Terfokus ke gadget, dan Terpaku pada “harus stimulasi ini itu”. Padahal pada dasarnya, anak hanya butuh respons hangat.
Rutinitas Harian yang Konsisten
Harvard University Center on the Developing Child menekankan bahwa anak kecil membutuhkan rutinitas yang konsisten untuk belajar merasa aman, mengatur emosi, dan memahami dunia di sekitarnya. Rutinitas bukan soal jadwal yang kaku, tetapi pola kegiatan yang dapat diprediksi sehingga anak tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Pada usia 0–5 tahun, prediktabilitas adalah kebutuhan dasar. Anak yang hidup dalam rutinitas yang stabil cenderung memiliki regulasi emosi yang lebih baik, tantrum lebih terkelola, kualitas tidur lebih baik, rasa percaya diri meningkat, kemampuan berpikir dan fokus lebih terarah, dan hubungan yang lebih positif dengan orang tua
Mengapa Rutinitas Penting bagi Anak Menurut Harvard
Menurut Harvard University berikut ini adalah alasan kenapa rutinitas penting bagi anak yaitu
- Memberi Rasa Aman & Mengurangi Kecemasan. Otak anak berkembang paling optimal saat mereka merasa aman. Rutinitas membuat mereka berpikir “Aku tahu apa yang akan terjadi. Dunia terasa aman.” Ini menurunkan stress level dan menghindarkan toxic stress.
- Membantu Anak Mengelola Emosi. Tantrum sering muncul karena anak tidak siap menghadapi transisi. Rutinitas mengurangi kejutan dan membantu mereka beradaptasi. Contoh: Anak yang terbiasa membaca buku sebelum tidur sehingga lebih mudah “turun emosi” saat malam tiba.
- Mengembangkan Disiplin dan Kemandirian. Ketika rutinitas dilakukan berulang seperti Anak belajar apa yang harus dilakukan, Anak lebih mudah melakukan tugas sendiri, Anak merasa mampu, percaya diri, dan bangga. Contoh: anak tahu setelah makan harus masukkan piring ke sink.
- Meningkatkan Kualitas Tidur. Konsistensi jam tidur membuat ritme tubuh stabil.
Harvard menemukan bahwa pola tidur yang baik meningkatkan memori, focus, perkembangan otak, dan suasana hati
- Mempermudah Orang Tua dalam Pengasuhan. Rutinitas bukan hanya untuk anak tapi juga mengurangi stres orang tua. Dengan rutinitas seperti anak lebih kooperatif, kegiatan lebih cepat selesai, hari terasa lebih teratur, dan konflik dan drama berkurang
Bagaimana Cara Menerapkan Rutinitas Harian
Berikut panduan lengkap yang mudah dipraktikkan seperti
- Tentukan 3–5 Rutinitas Utama. Rutinitas sederhana jauh lebih efektif daripada jadwal padat. Tidak perlu banyak, cukup beberapa yang berdampak besar seperti Rutinitas bangun tidur, Rutinitas makan, Rutinitas mandi, Rutinitas main, dan Rutinitas sebelum tidur.
- Gunakan “Kalimat Transisi Lembut”. Anak butuh waktu untuk memindahkan fokus. Transisi tiba-tiba memicu tantrum. Gunakan kalimat yang memberi warning dan konteks. Contoh: “Lima menit lagi waktunya mandi ya.”, “Setelah main, kita rapikan bersama.”, dan “Habis makan, kita baca buku sebentar.”
- Buat Mini-Ritual yang Menyenangkan. Anak suka pola yang sama karena membuat mereka nyaman. Contoh: Ritual sebelum tidur (mandi, pijat ringan, baca buku, doa, dan pelukan). Mini-ritual menciptakan emotional bonding dan sinyal tenang.
- Konsisten, Tapi Tidak Kaku. Konsistensi ≠ jadwal militer. Yang penting urutannya sama, nuansanya sama, polanya bisa diprediksi. Kalau bepergian atau sedang capek, boleh fleksibel.
- Beri Anak Peran dalam Rutinitas. Ini melatih kemandirian & rasa memiliki. Contohnya anak memilih pakaian, anak mengambil handuk sendiri, anak membantu siapkan meja makan, dan anak memilih buku sebelum tidur. Sehingga Keterlibatan anak membuat anak menjadi lebih kooperatif.
- Gunakan Visual / Cerita untuk Membantu Anak Mengingat. Untuk balita dapat menggunakan gambar urutan aktivitas, stiker, lagu singkat, dan isyarat sederhana. Misalnya dengan menggunakan lagu pendek untuk waktu gosok gigi.
- Hindari Lonjakan Emosi di Jam Transisi. Rutinitas utama punya jam rawan seperti pagi hari, sebelum tidur, dan setelah pulang sekolah. Pastikan momen ini tidak terburu-buru, minim gangguan gadget, dan dilakukan dengan suara lembut. Karena emosi orang tua menular ke anak.
Melatih Regulasi Emosi Sejak Dini
Harvard Center on the Developing Child menegaskan bahwa kemampuan mengelola emosi (emotion regulation) adalah salah satu keterampilan paling penting yang mulai berkembang sejak usia 0–5 tahun. Namun, anak tidak lahir dengan kemampuan ini. Mereka harus belajar melalui pendampingan orang tua dalam proses yang disebut co-regulation.
Emosi anak kecil masih mentah, sehingga mereka sering menangis tanpa alasan yang jelas, mudah tantrum, sulit menunggu, marah karena hal kecil, dan kewalahan dengan perubahan. Semua ini normal. Dan melalui kebiasaan harian, anak bisa belajar mengenali, memahami, dan mengelola emosi dengan lebih sehat.
Kenapa Regulasi Emosi Penting Menurut Harvard
Berikut ini adalah regulasi emosi menurut Harvard seperti
- Otak Emosi Berkembang Pesat di Usia 0–5 Tahun. Bagian otak yang mengatur emosi (amigdala & prefrontal cortex) sedang tumbuh cepat. Respons orang tua membentuk pola dasar seperti bagaimana anak menilai emosi, bagaimana mereka merespons stres, dan bagaimana mereka menenangkan diri.
- Regulasi Emosi Menjadi Dasar EQ. Anak yang bisa mengatur emosinya cenderung seperti lebih mudah bekerja sama, lebih percaya diri, lebih mudah berteman, dan lebih mampu memecahkan masalah.
- Mencegah Toxic Stress. Harvard menekankan bahwa toxic stress dapat menghambat perkembangan otak. Regulasi emosi yang sehat membantu anak seperti pulih dari stres, merasa aman, dan tidak tenggelam dalam kecemasan.
Bagaimana Anak Mempelajari Regulasi Emosi
Berikut ini adalah bagaimana anak mempelajari regulasi emosi seperti
- Melalui Co-Regulation. Co-regulation = proses ketika orang tua membantu anak mengatur emosinya melalui sentuhan, suara lembut, bahasa, pelukan, dan validasi perasaan. Contohnya “Kakak marah ya? Yuk sini dulu sama Bunda.” Dengan diulang berkali-kali, anak belajar menenangkan diri secara mandiri.
- Melalui Model dari Orang Tua. Anak meniru cara orang dewasa mengelola emosi seperti jika orang tua sering marah maka anak cepat marah dan jika orang tua tenang maka anak belajar tenang. Orang tua adalah “role model emosional”.
Membacakan Buku Setiap Hari
Menurut berbagai penelitian (termasuk yang sering dirujuk Harvard Center on the Developing Child), membacakan buku setiap hari ke anak usia 0–5 tahun bukan cuma soal “biar anak suka buku”, tapi menguatkan hubungan orang tua–anak, merangsang perkembangan otak, memperkaya kosakata & kemampuan bahasa, melatih fokus dan imajinasi, dan jadi fondasi kesiapan sekolah & kecintaan belajar. Dan yang menarik: semua itu bisa terjadi hanya dari kebiasaan 5–15 menit per hari.
Kenapa Membacakan Buku Itu Penting
Berikut ini alasan kenapa membacakan buku itu penting untuk anak seperti :
- Menstimulasi Otak secara Optimal. Saat anak mendengar cerita Otak memproses kata-kata, gambar, emosi, dan alur cerita sekaligus. Selain itu terbentuk koneksi saraf baru yang berkaitan dengan bahasa, memori, dan logika. Ini jadi dasar kemampuan membaca, menulis, memahami pelajaran, dan berpikir kritis di kemudian hari.
- Memperkaya Kosakata & Bahasa. Anak yang rutin dibacakan buku akan mendengar lebih banyak variasi kata (dibanding hanya percakapan harian), dan terpapar struktur kalimat yang lebih lengkap. Akibatnya anak lebih cepat bicara, lebih mudah mengungkapkan perasaan, dan Lebih percaya diri berkomunikasi.
- Menguatkan Bonding Emosional. Momen membaca biasanya dengan anak dipangku, dipeluk, atau duduk rapat di samping orang tua.Selain itu suasana lebih tenang, suara lembut, kontak mata lebih sering. Ini membuat anak merasa “Aku penting. Ada waktu khusus hanya untukku.” Bonding yang kuat akan menimbulkan rasa aman sehingga menjadi dasar kesehatan mental yang baik.
- Melatih Fokus dan Daya Tahan Duduk. Mendengar cerita dari awal sampai akhir melatih membuat anak menunggu giliran, mengikuti alur, fokus ke satu aktivitas. Sehingga Ini akan membantu ketika anak masuk sekolah sehingga lebih mudah mengikuti instruksi, lebih siap duduk di kelas, dan tidak cepat bosan saat belajar.
- Menanamkan Nilai & Empati Lewat Cerita. Cerita yang tepat bisa mengenalkan sopan santun, keberanian, kejujuran, rasa syukur, dan adab kepada orang tua, teman, dan Tuhan. Anak belajar memposisikan diri di tempat tokoh seperti “Bagaimana kalau aku jadi si kelinci?” sehingga menjadi latihan empati.
Kapan Waktu Terbaik Membacakan Buku
Waktu yang tepat dan terbaik dalam membacakan buku adalah dengan memilih waktu yang Orang tua relatif lebih tenang dan anak tidak terlalu Lelah. Contohnya Sebelum tidur (bedtime story), Setelah mandi sore, dan Saat menunggu (di dokter, di perjalanan, dll.). Sehingga jika rutinkan di jam yang sama, lama-lama anak akan menunggu dan menagih momen ini.
Tips Praktis Membacakan Buku Setiap Hari
Berikut ini adalah tips praktis dalam membacakan buku setiap hari dengan
- Jadikan Kebiasaan, Bukan Proyek. Bukan “kalau sempat”, tapi memang disiapkan waktunya. Misalnya “Setiap malam sebelum tidur, kita baca 1 buku, ya.”
- Pilih Buku Sesuai Usia. 0–2 tahun: buku tebal (boardbook), gambar besar, kata sedikit, warna kontras. 3–5 tahun: cerita sedikit lebih panjang, ada alur, tokoh, dan emosi.
- Bacakan dengan Ekspresif. Ganti suara saat jadi tokoh berbeda, Mainkan ekspresi wajah, dan Sesuaikan intonasi (tegang, sedih, senang). Ini akan membuat anak menjadi tidak bosan, lebih mudah mengerti jalan cerita, dan ikut merasakan emosi di dalam buku.
- Ajak Anak Ikut Terlibat. Jangan cuma dibacakan tapi juga libatkan anak. Contohnya seperti “Ini warna apa ya?”, “Menurut Kakak, nanti kelincinya lari ke mana?”, dan “Kalau kamu jadi si adik, kamu sedih atau senang?”. Sehingga melatih kemampuan berpikir, keberanian berpendapat, dan kemampuan mengambil perspektif.
- Ulangi & Hubungkan dengan Kehidupan Sehari-hari. Setelah membaca dapat mengulang seperti “Tadi di buku ada tokoh yang minta maaf, ya. Tadi siang kita juga belajar minta maaf, ingat?” atau “Di cerita tadi kucingnya merapikan mainan. Sekarang kita tiru, yuk?”. Cerita jadi jembatan antara dunia buku dan dunia nyata.
Temukan Berbagai Macam Pilihan Buku di Mandira.id
Di Mandira.id dapat dengan mudah menemukan beragam pilihan buku anak yang dirancang secara khusus untuk mendukung tumbuh kembang si kecil. Mulai dari buku cerita bergambar, buku edukasi sains, paket belajar interaktif, hingga seri Islami semuanya disusun dengan pendekatan yang ramah anak dan berbasis penelitian perkembangan awal. Berikut ini adalah rekomendasi buku Mandira.id sesuai kategori yang tersedia di Mandira.id
Back to Al-Qur'an & Hadits
Cocok untuk orang tua yang ingin mengenalkan nilai-nilai Islam dengan cara yang menyenangkan dan membumi.
- Learning Islam For Kids – pengenalan dasar tentang Islam secara ringan dan aplikatif.
- Wow Amazing Series – kisah-kisah luar biasa dari dunia Islam yang memukau anak-anak.
- SabaQu for Muslim Kids – cara seru belajar Al-Qur’an dan nilai-nilai Islam lewat permainan.
- Kisah Para Sahabat Rasulullah SAW – cerita inspiratif penuh teladan untuk anak-anak Muslim.
Explore The Knowledge
Mendukung rasa ingin tahu dan kecintaan anak terhadap ilmu pengetahuan sejak dini.
- Confidence in Science – membangun kepercayaan diri anak dalam dunia sains.
- How and Why – menjawab rasa ingin tahu anak dengan penjelasan yang sederhana.
- Series Ilmuwan Muslim – mengenalkan tokoh-tokoh sains Muslim dengan bahasa anak.
- Aesop’s Fables Read & Play – kisah moral klasik yang bisa dibacakan sambil bermain.
- Little Mathematician – pengenalan konsep matematika yang mudah dan menyenangkan.
First Step Learning
Ideal untuk anak usia dini yang sedang dalam masa emas tumbuh kembang dan pembentukan karakter.
- New Halo Balita – seri klasik yang disukai banyak orang tua untuk bonding dan edukasi dini.
- Nabiku Idolaku Balita – mengenalkan kisah nabi-nabi secara lembut dan sesuai usia.
- Funtastic Learning – aktivitas edukatif seru yang bisa dimainkan sambil belajar.
- Baby All Baby – buku pertama si kecil untuk mengenal dunia di sekitarnya.
- Healthy Kids – membiasakan hidup sehat dan mengenalkan kebiasaan baik sejak dini.
Ingin melengkapi koleksi buku anak di rumah? Di Mandira.id dapat mendapatkan buku anak premium berkualitas dengan berbagai pilihan program pembayaran yang fleksibel:
- Program Cash - Langsung beli sesuai harga, lihat produknya disini
- Program Arisan - Beli buku sambil menabung bersama teman-teman, lihat informasi selangkapnya disini
- Program Tabungan Buku - Nabung dahulu dan dapatkan koleksi buku impian jadi milik si kecil, lihat informasinya selangkapnya disini
Yuk, kunjungi Mandira.id sekarang dan pilih koleksi buku terbaik untuk si kecil! Klik di sini untuk cek koleksi dan program lengkapnya di Mandira.id