Mandira Dian Semesta
Awas, Jangan Keliru! Begini Cara Menyajikan Cerita Keteladanan Nabi untuk Anak
Awas, Jangan Keliru! Begini Cara Menyajikan Cerita Keteladanan Nabi untuk Anak By admin / 04 September 2018

Cerita keteladanan Nabi tentunya sangat penting bagi anak. Sebab, ada banyak hal yang bisa dipetik dari setiap kisahnya. Bukan hanya memperluas wawasan keislaman, tetapi kecerdasan emosional, spiritual, sosial, bahkan intelektual bisa didapat dengan menyelami cerita keteladanan nabi.


Namun, ada beberapa hal yang harus Ayah Bunda perhatikan dalam menyajikan cerita keteladanan nabi ini. Hal-hal tersebut meliputi sumber bacaan yang digunakan maupun sikap Ayah Bunda sendiri dalam menyampaikannya.



  1. Sampaikan dengan tepat dan sesuai usianya


Anak-anak memiliki kemampuan memahami yang berbeda-beda di setiap rentang usianya. Ada yang sudah bisa memahami dengan sekadar membaca buku cerita keteladanan nabi. Tapi ada juga yang hanya bisa memahami konsep-konep abstrak dengan cara yang lebih nyata, yakni bia dilihat, didengar, dirasakan, dan dilakukan.


Kta tahu bahwa menceritakan kisah nabi itu menceritakan manusia istimewa yang telah wafat, yang tidak hidup di zaman sekarang. Banyak hal seperti mukjizat yang sifatnya kadang tak bisa dilogikan.Di situlah tantangan bagi Ayah Bunda untuk sebisa mungkin membuat cerita keteladanan Nabi bisa dipahami dan diimani anak.


Ayah Bunda juga harus betul-betul memperhatikan bagaimana kisah yang disajikan itu bisa menarik dan memotivasi untuk diteladani. Ini tentu tidak mudah, sebab cerita keteladanan Nabi ini mesti beradu tempat di hati anak dengan cerita-cerita lain seperti kartun dan film.



  1. Aplikasikan di dalam kehidupan


Keteladanan nabi itu tidak hanya diceritkan dan ditujukkan saja, tetapi juga harus diajarkan secara langsung. Kita tahu bahwa istilah-istilah dakwah, sabar, mengesakan Allah, tidak menyekutukan Allah itu banyak terdapat dalam kisah nabi. Nah, supaya anak memahmai istilah-istilah yang barangkali abstrak bagi mereka, penting bagi Ayah Bunda untuk menunjukkannya secra langsung.


Misalnya, ada yang buang sampah sembarangan, Ayah Bunda menegur dan mengingatkannya dengan baik. jelaskan pada anak bahwa itu adalah dakwah. Kemudian setelah shalat bersama, katakan pada anak bahwa itu adalah bentuk ibadah dan mengesakan Allah.



  1. Bertahap dan berulang


Seperti hanya belajar berjalan, prosesnya bertahap. Begitupun dalam menceritakan kisah keteladanan Nabi, mesti bertahap. Bahkan, tahap-tahap tersebut sampai pada urusan memilah ceritanya. Contoh, kisah seperti kaum sodom, kisah Nabi Musa yangmembunuh seorang lelaki, kisah wanita yang sampai jarinya terluka karena ketampanan Nabi Yusuf itu lebih baik diceritakan saat anak menjelang usia baligh. Sebab, diperlukan pemahaman tentang konsep hubungan antar manusia.


Kemudian, agar cerita keteladanan nabi bisa diterapkan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari anak, maka ceritanya mesti diulang-ulang. Tapi sewajarnya saja, jangan sampai mereka bosan.


Bicara tentang proses bertahap dan berulang ini, ada baiknya Ayah Bunda memberikan si kecil Nabiku Idolaku dan menjadikannya sebagai sumber bacaan. Pasalnya, kisah nabi di dalam buku ini sudah disusun sesuai dengan kapasitas pemahaman anak tanpa mengurangi nilai dari ceritanya itu sendiri. Selain itu, pemilihan kata serta ilustrasi yang ada pada Nabiku Idolaku terbukti tidak menjenuhkan anak hingga diulang berapa kali pun, kata orangtua anak yang sudah membacanya, buku Nabiku Idolaku tetap menarik. Tidak membosankan.



  1. Rangsang rasa ingin tahunya untuk cerita-cerita selanjutnya


Percayalah bahwa cerita keteladanan nabi itu banyaknya luar biasa. Yang kita ceritakan pada anak tentang nabi Nuh, mungkin tak akan lepas dari kisah perahu yang dibuatnya untuk menyelamatkan mereka dari banjir bandang yang diturunkan Allah Swt. Di luar itu, kisah nabi Nuh ini masih sangat panjang. Banyak pelajaran lainnya yang bisa dipetik. Oleh sebab itu, seiring dengan terus bertambahnya usia anak, rangsanglah mereka untuk terus menjelajah dan mendalami kisah-kisah nabi tersebut.


Sekurang-kurangnya, itulah 4 hal yang mesti Ayah Bunda perhatikan saat menyajikan cerita keteladanan nabi pada anak. Akhir kata, semoga anak-anak kita menjadi anak yang bisa meneladani kearifan para nabi. Amin.