Hafiz junior. Begitu panggilan untuk anak yang sejak kecil sudah hafal atau menghafal Al-Quran. Dan tak boleh berkecil hati, putra putri Ayah Bunda pun bisa dipanggil demikian. Sebaliknya, Ayah Bunda harus semangat mendidik mereka supaya, dengan izin Allah Swt, bisa jadi hafiz junior.
Banyak orangtua yang mengeluh begini. Katanya, sulit bagi anaknya untuk jadi hafiz karena anaknya itu tidak jenius atau cerdas. Hush!
Perlu Ayah Bunda ketahui bahwa membentuk anak menjadi seorang penghafal Al-Quran itu bukan soal kecerdasan atau kejeniusan saja. Cara pandang di atas merupakan cara pandang yang keliru. Malah sebetulnya, kalau mau anaknya jadi cerdas atau jenius, ya kudu baca dan menghafal Al-Quran. Jangan tunggu jenius atau cerdas dulu baru mulai menghafal. Hem.
Ingat, kecerdasan bukan syarat untuk menghafal Al-Quran. Allah Swt saja berfirman dalam surat Al-Qamar ayat 17 yang artinya, “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk diingat (dijadikan pelajaran), maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”
Bahkan, di dalam surat yang sama, Allah Swt mengulang-ulang ayat tersebut selama empat kali. Tidakkah itu menjadi sebuah pertanda bagi Ayah Bunda bahwa menghafal Al-Quran itu mudah, bahkan bisa dilakukan sejak kecil, sejak si anak belum bisa bicara atau membaca. Jadi, yuk hantarkan anak ke jalan penu berkah, menjadi seorang hafiz junior.
Nah, sekarang mari kita mulai bicara praktik.
Oh ya, mesti diketahui bahwa metoda untuk menghafalkan Al-Quran itu ada banyak sekali. Dan tentunya hal itu sangat baik. Setiap orangtua jadi punya banyak pilihan, kira-kira, metoda mana yang cocok untuk putra putrinya.
Ayah Bunda yang baik hati, salah satu metoda menghafal Al-Quran itu adalah dengan mendengarkan ayat-ayat suci tersebut. Dan sungguh, sudah banyak orang yang menjadi hafiz Quran dari metoda ini.
Salah satunya adalah Isroqi Nur Muhammad Limi’roji. Ia adalah pemuda asal Mojokerto yang oleh Allah diberi kekhususan, yakni tidak bisa melihat. Dan di usia 17 tahun, ia berhasil menghafal 30 juz dengan metoda sima’an atau mendengarkan ini. Subhanallah ya, Bund!
Selain itu, secara ilmiah pun, metoda sima’an ini memang bisa diperhitungkan. Pakar radiologi Universitas California, Eric Halgren, Ph.d, pernah melakukan sebuah penelitian yang hasilnya menunjukkan bahwa bayi berumur 1 tahun itu suah mampu memproses kata-kata hasil percakpan orang dewasa yang didengarnya. Mereka pun bisa memahami makna dari kata-kata tersebut.
Berkaca dari sosok pemuda luar biasa, Isroqi, dan hasil penelitan Eric, maka tak heran jika banyak orang yang mulai memperhitungkan metoda sima’an atau memperdengarkan ayat Al-Quran ini. Akhirnya, setelah disusun dan dikaji oleh banyak pakar dan penghafal Al-Quran, dipetakanlah bagaimana cara terstruktur mendidik anak menjadi hafiz junior.
Pertama, di usia 0 sampai 2 tahun, Ayah Bunda coba sesering mungkin membacakan mulai dari surat al Fatihah. Noralnya, setiap hari dalam empat waktu, yaitu pagi, siang, sore, dan malam. nah, di tiap satu waktu, satu surat diulang tiga kali. Setelah lima hari, beranjaklah membacakan surat An-Nas dengan cara dan durasi watu membacakan yang sama.
Kedua, setelah anak berusia lebih dari dua tahun, metode seperti di atas tetap dilakukan. Namun durasi dan harinya bisa ditambah dari yang sebelumnya hanya lima hari menjadi tujuh hari. Di samping mebacaanya langsung, jangan lupa juga untuk sering-sering memperdengarkan muratal.
Ketiga, untuk anak di atas empat tahun, mulailah untuk mengajarkannya muraja’ah sendiri, menghafal sendiri, dan muali secara serius mengatur konsentrasi dan waktu menghafalnya.
Metoda ini bisa dibilang metoda termudah. Bahkan, ketika tidak dilabeli sebagai sebuah cara pun, Ayah Bunda pun pasti sudah melakukan cara di atas tanpa tahu, misalnya, bahwa itu adalah salah satu metida menjadi hafiz junior.
Yang terpenti adalah niat lurus Ayah Bunda bahwa mendidik anak menjadi hafiz junior itu semata untuk menari keridhaan Allah Swt. Selanjunya, aspek-aspek seperti memperhatikan apa yang dimakan (kehalalan, dari sumber yang halal) sudah barang wajib untuk Ayah Bunda penuhi.
Selain itu, dalam mendidik anak menjadi penghafal Al-Quran, Ayah Bunda juga bisa memaksimalkan peran mainannya. Begini, di zaman sekarang, ada banyak mainan yang keren, tapi dengan tidak disadari, mainan tersebut membantu anak untuk menghafal Al-Quran. Nah, salah satunya adalah LAQU (Learning Arabic for Quranic Understanding).
LAQU merupakan sebuah produk yang menjadi pionir perangkat permainan belajar bahasa Arab. Dengan metoda yang diusungnya, yakni metoda AMALI (Alami, Mankan, Aplikasikan, Lagukan, dan Imajinasikan) membuat anak bisa belajar bahasa arab dengan sangat menyenangkan. Dan pada gilirannya, dengan skema yang telah disusun dengan seksama, apa yang didapat oleh anak bukanlah sekadar pemahaman bahasa arab semata, melainkan banyaknya kosakata atau kalimat yang terdapat di dalam Al-Quran.