Cara melatih anak tidur sendiri itu tidak mudah. Ya, dengan berat hati harus dikatakan demikian. Sebab, budaya masyarakat kita memang umumnya tak membiasakan anak untuk tidur sendiri sejak dini. Di kita, seolah tak ada pengetahuan umum, kapan anak mesti mulai tidur sendiri, apa manfaat tidur sendiri bagi anak. Akhirnya, kebanyakan Ayah Bunda membiarkan proses ini mengalir begitu saja.
Sebelum membahas cara melatih anak tidur sendiri, Ayah Bunda tahu tidak kapan sebaiknya mereka melakukan itu?
Ketika Bunda diperbolehkan pulang dari bidan atau rumah sakit setelah melahirkan, kebanyakan pediatrik menyarankan agar bayinya tidur di ruang yang sama bersama Ayah Bunda. Saran tersebut dimaksudkan untuk mengurangi risiko seleep-related deaths, termasuk sindrom kematian yang tiba-tiba (sudden infant death syndrome) atau dikenal dengan istilah SIDS.
Banyak studi yang menunjukkan bahwa di awal ‘kehidupannya’, bayi yang tidur bersama orang tua—tetapi tidak di kasur yang sama—memiliki potensi SIDS lebih kecil dibanding bayi yang tidur di ruangan sendiri. Alasannya tidak cukup jelas, namun ilmuwan ada yang mengidentifikasinya begini, bahwa bayi yang tidur bersama orangtuanya lebih mampu terhindar dari deep sleep yang merupkaan faktor yang menyulut SIDS. Jadi memang penting bagi bayi untuk tetap tidur atau berada di ruangan yang sama dengan Ayah Bunda. Hal ini sebetulnya tak perlu dipertanyakan.
Tapi, bayi pun tentu bertambah usianya, semakin besar. Bulan November 2016, the American Academy of Pediatrics mengeluarkan sebuah data hasil studi yang mengatakan bahwa 1 tahun atau secepat-cepatnya 6 bulan adalah waktu yang tepat bagi bayi untuk tidur bersama atau satu kamar dengan orangtuanya. Waktu tersebut sudah aman untuk menghindarkan anak dari risiko SIDS, juga waktu yang cukup bagi anak untuk mendapat manfaat dari sharing room atau tidur satu ruangan dengan Ayah Bundanya. Percayalah, ini tidak akan semudah yang dibayangkan. Butuh waktu panjang. Ayah Bunda tak perlu merasa begitu terbebani. Yang penting, jangan berhenti berusaha dan membiasakannya. (studi ini bisa diakses di pediatrics.aappublications.org)
Rachel Moon, SIDS expert dari University of Virginia, yang terlibat dalam studi tersebut mengungkapkan bahwa bayi yang tidur sendiri di ruangannya sendiri memiliki waktu tidur yang lebih konsisten, tidur lebih awal (sekitar pukul 8 malam), dan itu semua mengindikasikan bahwa kualitas tidur bayi tersebut jauh lebih baik dibanding bayi yang tidak tidur sendiri.
“Kita tahu bahwa rutinitas waktu tidur yang konsisten adalah hal yang sangat penting untuk kualitas tidur mereka,” katanya.
Sekarang, bagaimana cara melatih anak tidur sendiri dalam 7 hari? Nah, tambahan kata ‘dalam 7 hari’ di judul tersebut sebetulnya hanya gimik. Memang, setiap anak akan berbeda. Ada yang berhasil selama 7 hari anak mulai bisa tidur sendiri, ada juga yang lebih. Tapi ada juga yang kurang dari 7 hari. Ingat, yang terpenting bukan 7 harinya, yang paling penting adalah Ayah Bunda mulai melatih si kecil untuk tidur sendiri. Okey!
Mari kita mulai. Jika anak perlu berusaha keras untuk tidur sendirian, beritahu mereka bahwa mereka harus tetap di kasurnya dan berusaha tidur. Ayah Bunda harus jelas dan tegas soal instruksi ini, dan memilih cara melatih anak tidur sendiri dengan tepat.
Jika anak tampak merasa tak nyaman atau menangis ketika Ayah Bunda meninggalkan mereka, sampaikan secara verbal bahwa Ayah Bunda hanya keluar ruangan sedangkan mereka harus tetap di sana. Jika anaknya ikut beranjak dari kasurnya, maka gendong ia dan kembalikan ke kasur. Lakukan ini tanpa berkata-kata, berargumen, atau ngomel. Sebab, anak akan melihat nada bicara ketimbang kata-kata yang Ayah Bunda ucapkan. Jikapun harus berkata sesuatu, katakanlah dengan tenang dan santai.
Ketika Ayah Bunda berhasil keluar dari kamar dan meninggalkan anaknya di kasur, mereka akan mendapat poinnya, bahwa saat itu adalah waktunya untuk tidur. Kendati demikian, anak suka menguji Ayah Bunda. Siap siagalah selalu!
Jika Ayah Bunda betul-betul tak bisa meninggalkan anak sendiri untuk tidur, duduklah di samping tempat tidur mereka. Yakinkan pada mereka bahwa Ayah Bunda secara fisik selalu ada bersamanya. Tapi Ayah Bundanya jangan ikut tiduran, jangan juga anaknya tiduran di paha Ayah Bunda. Jangan terlalu banyak bicara. Bersabarlah sampai anak tidur. Lakukan ini meski anak menangis, menjerit atau tempting.
Lakukan itu selama 7 hari. Dan 7 hari awal selalu menjadi masa-masa yang paling sulit. Tapi setelahnya, insyaAllah, mereka akan mengenal pola itu dan akhirnya mulai terbiasa untuk tidur sendiri.
Di waktu siang, coba juga baca buku semacam buku Halo Balita bersama mereka. Buku Halo Balita ini sebetulnya sama-sama memaksa anak untuk tidur sendiri, tapi dengan cara yang berbeda, yakni mau ke alam bawah sadarnya, memberinya pemahaman atau wawasan tentang tidur sendiri. Ingat, kombinasi cara melatih anak tidur sendiri ini akan bekerja dengan sangat baik jika dilakukan secara rutin dan pantang menyerah.