Belajar hafiz Quran itu ada yang bilang mudah ada yang bilang susah. Apalagi untuk anak-anak. Tak sedikit orangtua yang mengaku kesulitan membimbing anaknya untuk menghaflkan Al-Qur’an.
Secara khusus, mendidik anak belajar hafiz itu bukan sekedar persoalan membuat anak menghafal ayat-ayat Al-Qur’an saja. Tapi ada banyak aspek yang perlu diperhatikan Ayah Bunda sekalian.
Pertama, Ayah Bunda harus memastikan bahwa apa saja yang masuk ke dalam tubuh anak, apa saja yang dimakan oleh si kecil adalah makanan halal. Dan uang yang dipakai untuk membeli makanan tersebut tentu harus halal juga. Tujuanya, supaya do’a Ayah Bunda dalam mendoakan anaknya menjadi seorang hafiz itu mustazab.
Rasulullah Saw bersabda: “Wahai Saad, perbaikilah makananmu, makanlah dari makanan yang baik-baik. Niscaya kamu akan menjadi orang yang mustajab do’anya.” (HR Ath Thabrani).
Kemudian, Ayah Bunda juga harus memastkan setap waktunya bahwa niat mendidik anaknya belajar hafiz adalah karena Allah, Lillahhita’ala. Tidak ada alasan lain. Itu dia dua hal yang mesti dicamkan ketika mendidik anak untuk menjadi seorang hafiz.
Sekarang, ditinjau dari ilmu psikologi, kita akan melihat bagaimana sebetulnya seseorang bisa menghafal dengan baik. Hal ini dibuat semata sebagai upaya memudahkan bagi siapapun, khususnya anak, dalam menghafal Al-Qur’an.
Dari sejumlah sumber, secara psikologis, sekurang-kurangnya ada 3 hal yang memudahkan seseorang dalam menghafal dan mengingatnya dengan kuat. Ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut.
- Menyukai Apa yang Dihafalkan
Manusia pada hakikatnya akan mengingat dengan baik sesuatu yang menarik baginya. Namun, jika memang seseorang harus mengingat sesuatu yang tidak disukainya, solusinya adalah coba cari cara atau sudut pandang yang membuatnya menyukai hal tersebut.
Dalam hal belajar hafiz, rasa-rasanya tak ada yang tak suka pada kitab suci Al-Qur’an. Jadi in syaa Allah, setelah menyukainya, ke dapannya akan lebih mudah.
- Optimalkan Kemampuan Menghafal Secara Visual
Ayah Bunda sering lupa nama orang, tapi ingat wajahnya? Ya, itu normal. Kemampuan menghafal secara visual pada umumnya lebih kuat di banding yang lainnya. Nah, dalam menghafal Al-Qur’an, bagaimana anak bisa melakukannya dengan mengoptimalkan daya menghafal secara visualnya?
Ayah Bunda bisa menggunakan LAQU. LAQU atau Learning Arabic with Quranic Understanding ini bisa dibilang jawaban untuk kedua poin ini. LAQU ini terdiri dari sejumlah permainan. Namun, materi permainan tersebut adalah bahasa arab yang merujuk pada ayat-ayat Al-Qur’an. Jadi ketika anak memainkannya, secara bersamaan dia tengah mengafal Al-Qur’an. LAQU sendiri sangat kaya akan unsur visual. Full color dan full ilustrasi. Jadi, anak akan menghafal ayat Qur’an tidak hanya melalui kata-kata yang dibaca, tapi dari gambar dan aspek visual lainnya.
Selain itu, pola menghafal Al-Qur’an dengan LAQU itu adalah dengan permaianan. Artinya ada alur yang dilalui anak. Misal, anak bermain kartu cocok kata LAQU. Nah, tentu anak harus mengetahui dulu kata apa yang akan dicocokkan. Ini lantas berlangsung terus menerus dari satu kartu ke kartu lain. Hingga pada akhirnya tersusunlah kata-kata yang dihafal oleh anak. Lalu si anak membuka mushaf 1 juz LAQU yang pada gilirannya membuat hafalan Al-Qur’an dirinya menjadi utuh.
Nah, proses atau alur itulah yang membuat anak berimajinasi, memvisualkan ayat-ayat Al-Qur’an. Jadi, proses anak dalam belajar hafiz tidak sekedar melihat kata-kata, membacanya, kemudian menghafalnya. Itu tentu tak semudah ketika anak menghafal dengan kemampuan visualnya. Tak heran jika banyak orangtua yang mendidk anak belajar hafiz menggunakan LAQU ini.
- Tidur yang Cukup untuk Kemampuan Otak yang Optimal
Tidak hanya di malam hari saja, sebetulnya tidur siang sangat penting perannya untuk menjaga optimaisasi kemampuan otak atau kemampuan menghafal sesuatu. Jadi, jangan sampai biarkan anak begadang atau kurang tidur. Dan kalau bisa, Ayah Bunda, biasakan juga suapaya anak tidur siang, satu atau dua jam.
Begitulah bagaimana seseorang bisa menghafal secara optimal ditinjau dari sisi psikologis. Dengan mengetahui hal ini, semoga Ayah Bunda bisa semakin lihai dalam menemani putra putrinya menghafal kalam Ilahi hingga pada akhirnya bisa menjadi seorang hafiz. Aamiin.