Mandira Dian Semesta
Dropshipper MDS, Jalan Sukses di Usia Muda
Dropshipper MDS, Jalan Sukses di Usia Muda By admin / 07 November 2018

Dropshipper MDS — Kalau bisa sukses di usia muda, kenapa mesti tunggu tua? Betul tidak, kawan?


Secara retoris, memang sukses itu bisa dimaknai berbeda-beda oleh masing-masing jiwa. Sukses itu hakikatnya subjektif. Hidup bahagia, bisa membuat yang lain tertawa, bisa membantu orang, meringankan beban sesama, itu adalah sukses. Sukses bukan perkara bergelimang harta.


Tapi memang, naif juga jika tidak mengaitkan kata sukses dengan kemapanan secara material. Sebab, pandangan umum mengatakan bahwa pemuda yang masih duduk di bangku kuliah, misal, tetapi biaya hidup dan biaya pendidikannya masih ditanggung orangtua itu belum bisa disebut sebagai pemuda sukses. Kendati demikian, secara subjektif, dari kacamata dirinya atau orangtuanya, bisa saja pemuda tersebut dikatakan sebagai pemuda yang sukses.


Namun, bagaimana ketika ada pemuda yang mampu berprestasi secara akademik, mampu membiayai hidupnya sendiri, mebiayai biaya pendidikannya, bahkan juga mampu membantu keuangan keluarga. Tentu predikat sukses dari kacamata umum itu lebih condong diasosiasikan pada pemuda yang terakhir ini, bukan?


Nah, mari kita ambil jalan tengah. Supaya tidak ambigu ya. Standar pemuda sukses yang kita pakai di sini minimal mampu memenuhi kebutuhannya (secara finansial) sendiri, tidak bergantung pada orangtua. Kalaupun lebih mapan lagi, ya bagus.


Jadi, bagaimana cara meraih kesuksesan di usia muda? Ya, seperti tertera pada judul, jawabannya adalah dengan menekuni bisnis sebagai dropshipper MDS.


Sebelum lebih detail pada bahasan dropshipper MDS, ada hal prinsip yang perlu diketahui terlebih dahulu. Di era digital, bisnis itu bisa diperhitungkan, keuntungan itu bisa diprediksi. Zaman dahulu, bisnis itu tidak berbasiskan data. Jadi, terasa lebih spekulatif. Pertimbangannya paling soal tempat yang ramai dan sebagainya.


Berbeda dengan zaman sekarang, semua sudah serba digital. Orang belanja pun di toko online. Nah, hal itu mesti dilihat sebagai peluang. ‘Kehidupan’ orang yang beralih ke media sosial harus dilihat sebagai peluang. Contoh sederhananya, dengan adanya media sosial, kita bisa tahu di mana orang peminat produk-produk kita berada. Jika kita menjual baju anak, maka kita akan dengan sangat mudah mendapatkan pangsa pasar yang melimpah.


Contoh kasus sederhananya begini. Sebagai dropshipper MDS, yang kita jual adalah buku anak premium dan perangkat edukasi. Di situ setidaknya kita sudah tahu bahwa target pasar kita adalah orang-orang yang concern soal parenting. Maka, kita bisa menjual di grup parenting Facebook atau di akun Instagram bertopik parenting. Di grup Facebook, kita bisa unggah produk kita, atau papar anggota grup itu dengan unggahan produk kita. Di Instagram, kita bisa follow akun-akun yang mengikuti akun parenting dengan asumsi bahwa followers tersebut memang meminati dunia parenting. Sebab, bisnis di zaman sekarang itu semata tentang mempertemukan orang yang meminati dan mau beli produk kita. Sebagaus apapun barang yang kita jual, jika kita menawarkannya pada orang yang tak menaruh minat sedikitpun, mustahil barang itu akan terjual. Berbeda ketika kita menawarkan barang pada orang yang sedikitnya sudah menaruh perhatian pada subjek yang kita jual. Di situ ada peluang transaksi.


Jadi, kembali pada contoh kasus, katakan ada 500 anggota Facebook saja yang terpapar oleh unggahan penawaran produk kita, jika 10% saja terpengaruh untuk membeli, maka ada 50 orang yang akan membeli produk kita.


Sebagai dropshipper MDS, komisi untuk satu unit produk yang terjual itu rata-rata 200 ribu. Tinggal kalikan saja, 200 ribu dikali 50, hasilnya, 10 juta. Padahal coba perhatikan apa yang dilakukan. Kita hanya berjualan, mengunggah produk kita di media sosial. Tanpa keluar rumah, tanpa panas-panasan atau macet-macetan.


Dengan demikian, untuk yang masih duduk di bangku kuliah, rasanya tak ada yang lebih ciamik selain menekuni bisnis sebagai dropshipper MDS guna meraih kesuksesan di usia muda. Bayangkan, cukup bisa menjual 10 produk saja per bulannya, uang 2 juta rupiah sudah bisa di kantong. Tapi, melihat dari yang sudah-sudah, 10 produk per bulan itu kecil. Rata-rata, dropshipper MDS mampu menjual lebih dari itu per bulannya. Sebab, tadi sudah disinggung, bisnis di era digital itu sangat bisa diperhitungkan, sudah ada jalur-jalurnya. Kita tinggal mengikuti itu dan berinovasi. Kalaupun menemukan problem, tinggal lihat catatan pengalaman yang sudah-sudah, pasti ada solusinya.


Nah, setiap dropshipper MDS itu disertakan ke dalam sebuah support grup yang mana di situ akan dibeberkan bagaimana cara sukses step by step  sebagai dropshipper MDS. Jangan takut tidak bisa bisnis. Takutlah jika kita tidak mencoba. Jadi, yuk, sukses di usia muda dengan jalan dropshipper MDS.