Mandira Dian Semesta
Enggak Pernah Mesantren Tapi Bisa jadi Hafiz Cepat, Ini Rahasianya!
Enggak Pernah Mesantren Tapi Bisa jadi Hafiz Cepat, Ini Rahasianya! By admin / 03 August 2018

Hafiz cepat hafal Al-Qur’an, tapi enggak pernah mondok pesantren, apa bisa? Ya, bisa kok. Ada trik dan cara khususnya.


Zaman sekarang, pesantren tahfiz jumlahnya sudah tak terhitung karena pamornya terus berkembang. Hal tersebut tentu selaras dengan semangat tinggi banyak orangtua yang ingin membentuk putra putrinya menjadi seorang hafiz atau penghafal Al-Qur’an. Fenomena ini tentunya sangat positif dan menggembirakan.


Namun, bagaiamana jika Ayah Bunda tak memondokkan putra putrinya ke pondok pesantren? Bagaimana jika putra putri Ayah Bunda tinggal di rumah dan sekolah di sekolah umum serta tidak mesantren di pesantren tahfiz. Apakah ia bisa jadi hafiz al Quran? Catat, BISA!


Nah, inilah dua cara mendidik anak supaya jadi hafiz cepat meski ia tidak mondok di pondok pesantren.



  1. Atur Waktu Anak Sebaik Mungkin


Perbedaan mondok di pesantren dengan yang tidak adalah aktivitas yang dilakukannya. Alokasi waktu untuk anak berbeda. Misal, di pesantran semua aktivitasnya sudah disusun dan diterapkan dengan ketat. Mulai dari bangun tidur, makan, mandi, istirahat, bermain, sekolah, mengaji, menghafal, muroja’ah, hingga tidur kembali, semuanya sudah diatur. Anak-anaknya pun menjalaninya dengan disiplin.


Di rumah, Ayah Bunda coba lakukan hal yang sama. Buat kesepakatan dengan anak dalam menggunakan waktunya. Jam berapa bangun, jam berapa mengaji, jam berapa istirahat, jam berapa menghafal, dan jam-jam lainnya. Terapkanlah sedisiplin mungkin. Kemudian yang terpenting, perhatikan waktu menghafal Al-Qur’an dan waktu muroja’ahnya. Muroja’ah itu mengulang-ulang hafalan.


Bijaklah dalam mengalokasikan waktu anak ini. Lalu, pastikan Ayah dan Bunda menyusunnya bersama si kecil, disepakati bersama oleh Ayah Bunda dan putra putriya. Jangan sepihak. Karena dengan begitu, anak pun bisa memetik pelajaran lain, yakni bertanggung jawab atas komitmen yang dibuat. Inilah hal pertama mendidik anak jadi hafiz cepat meski anaknya tidak mesantren.



  1. Pilih Metode yang Tepat dan Menyenangkan Bagi Anak


Poin kedua dalam menddik anak menjadi hafiz cepat di rumah ini sangat krusial. Sebab, metode yang digunakan akan menentukan kelangsungan proses menghafal anak. Dengan metode yang kurang pas, bukan tidak mungkin anak malah berhenti menghafal dalam waktu singkat. Ya sungguh, dengan metode yang tidak pas dengan psikologis anak, Alih-alih bisa menghafal, mungkin anak justru menjadi bosan dan malas untuk meneruskan hafalannya.


Sebagai jalan keluar, coba Ayah Bunda miliki LAQU, Learning Arabic for Quranic Understanding. Ini merupakan sebuah paket buku yang terdiri dari mushaf 1 juz, 7 buku utama, 1 set board games, 100 kartu kosakata, 1 set kartu kalimat sempurna, 1 set kartu cocok kata, 72 lembar modul permainan, 4 tray permainan, dan sebuah e-pen.



Nah Ayah Bunda, LAQU sendiri mengusung metode AMALI yang merupakan singkatan dari Alami, Mainkan, Aplikasikan, Lagukan, dan Imajinasikan. Lihat, dari nama metodenya saja kita sudah bisa menebak bahwa metode ini membuat anak menghafal Al-Qur’an tidak hanya dengan membaca teks lalu menghafalnya saja, melainkan menggunakan permaianan yang seru. Akibatnya, proses menghafal anak tidak hanya sekedar kegiatan melihat dan mengingat, melainakn kegiatan yang melibatkan segala panca indra anak. Kemampuan visual, audio, dan kinestetiknya digunakan. Ini tentu sangat cocok dengan aspek psikologis dan karakteristik belajar anak.


Dengan metode ini, konsistensi atau keistiqomahan dalam menghafal  bisa dicapai. Sebab, kemungkinan anak untuk bosan dalam melakukan aktivitas menghafal itu sudah diminimalisir dengan metode AMALI itu sendiri.


Itulah dua cara mendidik anak menjadi hafiz cepat kendati mereka tidak mondok di pesantren. Meskipun begitu, hal ini tidak menjadi alasan untuk tidak memondokkan anak-anak Ayah Bunda ke pesantren. Pasalnya, pesantren tu merupakan tempat yang paling tepat untuk mendidik, menggembleng anak mejadi seorang hafiz, sekaligus menjadi seorang cendikiawan muslim yang kelak menjadi pendamping umat.