Mandira Dian Semesta
Kata Pakar: Anak Juara Science, Ayah Bundanya Harus Sering Lakukan Ini
Kata Pakar: Anak Juara Science, Ayah Bundanya Harus Sering Lakukan Ini By admin / 29 October 2018

Anak juara science itu pasti dambaan setiap orangtua. Siapa sih yang tak mau anaknya jadi penemu. Orangtua mana sih yang tak mau anaknya jadi juara science sejati seperti Pak Habibi, yang bisa bikin pesawat terbang, membanggakan negaranya, bermanfaat untuk banyak orang.


Nah, Ayah Bunda bisa kok mendidik anak hingga kelak anaknya jadi juara science, jadi seperti Pak Habibi. Hihi.


Kym Simoncini, Assisten Professor in Early Childhood and Primary Education, University of Canberra, membeberkan caranya. Tapi, terlebih dahulu Ayah Bunda sebaiknya simak paparan berikut.


Peneliti dan pendidik sepakat bahwa literasi itu sangat penting untuk perkembangan kognitif dan bahasa anak. 30 tahun belakangan, marak sekali pergerakan dari berbagai elemen masyarakat di seluruh dunia untuk meningkatkan tingkat literasi untuk anak usia dini.


Kalau di Indonesia, contohnya seperti yang dilakukan oleh Mandira Dian Semesta. Mereka merekrut dan mewadahi masyarakat untuk menjadi book advisor dan menyebarkan virus literasi ke seluruh masyarakat di Indonesia. Bakan hingga di daerah-daerah terpencil, yang mungkin akses terhadap perangkat literasinya, seperti buku, masih sangat sulit.


Kembali ke pokok bahasan, berdasarkan banyak studi yang telah dilakukannya, Kym Simoncini memberikan beberapa langkah kongkrit bagi Ayah Bunda bagaimana membuat anaknya meminati science, berpikir layaknya seorang scientist, hingga pada giliranya bertransformasi menjadi juara science.



  1. Biasakan anak untuk selalu memperhatikan sesuatu


Biasakan anak untuk selalu memerhatikan sesuatu di sekitarnya seperti perubahan cuaca, pertumbuhan pada tanaman, atau sesuatu yang bergerak karena embusan angin. Hal ini semata untuk memelihara karakter observasi pada anak. Dan sebetulnya anak itu lebih observant (teliti) dibandingkan orang dewasa.


Kym Simoncini menjelaskan bahwa observasi adalah fondasinya proses sains. Scientist itu membentuk hipotesis dan mengumpulkan data dari observasi. Dengan berlatih atau membiasakan melakukan observasi sejak dini, anak akan mampu naik kelas dari sekedar memperhatikan sesuatu menjadi lebih memperhatikan detail atau disebut sebagai scientific features.



  1. Biasakan anak untuk mendeskripsikan apapun yang dilihat dan dilakukannya


Rutinlah meminta anak menjelaskan, menggambarkan, atau mendeskripsikan hal-hal yang dilihat dan dilakukannya. Ketika, misal, anak melihat badut, minta ia untuk menjelaskannya. Warnanya apa, bentuknya seperti apa, ukurannya segimana, dan lain sebagainya.


Juga ketika anak membangun sesuatu, misal bermain lego, tanyakan padanya, apa yang sedang dibuatnya. Ayah Bunda diperkenankan untuk ‘mengulangi’ atau memperluas apa yang dikatakannya, menambahkan kosa katanya atau mendorong kepercayadiriannya untuk menggunakan istilah-istilah sains. Contohnya seperti ‘prediksi, menguji, atau mengukur’.



  1. Gunakan pertanyaan ‘apa’ daripada ‘mengapa’


Kym Simoncini bilang begini; Ajukan pertanyaan yang berfokus pada apa yang anak dapat lihat dan lakukan (apa), daripada tanya ‘kenapa’. Bentuk pertanyaan seperti itu akan membuat anak merasa percaya diri dengan jawabannya.


Pertanyaan “Apa yang terjadi pada gelembung-gelembungnya?” lebih mudah direspon daripada pertanyaan “Kenapa gelembung-gelembungnya menyatu?”. Pertanyaan yang dimulai dengan ‘apa’ juga lebih berpotensi membuka diskusi lanjutan antara Ayah Bunda dan anak.


Ingat, imbuh Kym, kita ingin membuat diskusi yang luas, yang panjang, yang mengandung banyak pelajaran, bukan ingin membuat anak berhenti bicara karena pertanyaan yang kita ajukan terlalu ‘sulit’ untuk dijawab. Menjelaskan apa yang terlihat lebih mudah daripada menjelaskan alasan mengapa yang terlihat itu bisa terjadi, bukan?


Baru setelah pertanyaan-pertanyaan ‘apa’, Ayah Bunda boleh melanjutkannya dengan bertanya atau berdiskusi tentang ‘kenapa’-nya. Tapi, di awal, selalu tanyakan pertanyaan yang bisa dijawab anak.



  1. Biasakan anak untuk menghitung


Kym Simoncini memang menulisnya demikian. Untuk melatih anak dalam urusan menghitung ini, ia mencontohkan dengan membiasakan bertanya yang membuat anak berhitung, seperti ada berapa sepatu di rak, ada berapa piring yang harus dicuci.


Mungkin Ayah Bunda punya ukuran lain, punya standar wajar, kapana anaknya mulai belajar berhitung. Tapi, di luar itu semua, saran Kym untuk membiasakan berbicara pada anak yang mengandung unsur hitungan ini sangat layak untuk diterapkan di rumah. Dan korelasinya dengan juara science, tentu sangat bisa dipahami lah. Menghitung, mengukur itu hal-hal fundamental dalam science. Jadi, lebih awal anak terbiasa berhitung, lebih baik baginya untuk tumbuh menjadi seorang juara science.



  1. Biasakan anak untuk berpikir tentang ruang di sekitar mereka


Maksudnya begini lho, Bund. Ketika sedang berada di satu ruangan, coba latih anak untuk berpikir, di ruangan itu, di mana mereka berada. Bisa dipahami?


Sederhananya begini, misal, ketika anak melihat peta kebun binatang, tanyakan padanya, dii lokasi mana ia berada di dalam peta itu. Atau, ketika Ayah Bunda berkendara bersama anak tengah menuju ke rumah nenek, coba minta ia untuk menjelaskan jalur yang harus ditempuh.


Atau, bisa juga dengan bertanya, bangunan atau tempat atau landmark apa saja sih yang biasa terlewati jika kita menuju ke rumah nenek. Jadi, biasakan anak mennggambarkan posisi kamar dari kamar mandi. Kym menegaskan bahwa penelitian membuktikan ada keterkaitan besar antara spatial skills (skill tentang ruang) dengan STEM (science, technology, engineering, and mathematics).


Itulah 5 hal yang harus Ayah Bunda biasakan untuk mempersiapkan anak menjadi juara science. Dan kini Ayah Bunda tahu bahwa mendidik anak yang cerdas, pintar, yang juara science seperti Pak Habibi itu tidak rumit, bukan. Yang diperlukan adalah konsistensi, kegigihan, dan doa.