Hafiz anak di Indonesia jumlahnya pasti tak akan pernah habis, justru akan terus semakin banyak. Apalagi sekarang banyak pesantren-pesantren tahfidz. Selain itu, program televisi swasta tentang ‘perlombaan’ hafiz cilik dan liputan media membuat sejumlah anak penghafal Al-Qur’an dikenal secara luas hingga memotivasi orangtua di Nusantara untuk mendidik putra putrinya menjadi seorang hafiz anak.
Beberapa tahun ke belakang, kabar membanggakan pernah datang dari salah satu hafiz anak tanah air. Kabar itu adalah tentang Musa La Ode Abu Hanafi, seorang bocah kecil yang menyabet juara ketiga dalam ajang Musabaqah Hifzil Quran (MHQ) Internasional Sham El Sheikh di Mesir. Anak 10 tahun ini turun di kategori hafalan 30 juz untuk anak-anak.
Prestasi Musa ini mengundang decak kagum. Banyak yang memuji kemampuan anak 10 tahun ini dalam menghafal Al-Qur’an. Tidak sedikit juga orang yang penasaran, bagaimana cara Ayah Bunda Musa melatih atau membimbing putranya tersebut hingga mampu menghafal 30 juz Al-Qur’an di usianya yang masih belia.
Pada sebuah kesempatan, Ayah Musa, Rohmanto Abu Al Laits, membagi cerita tentang bagaimana ia bersama istrinya membesarkan Musa hingga tumbuh menjadi seorang hafiz anak. Bahkan, Rohmanto memberi tahu 5 langkah cara Musa menghafal al Quran. Selengkapnya adalah sebagai berikut.
- Mengulang-ulang Hafalan
Rohmanto mengakui bahwa pada awalnya, Musa juga sulit mengafal Al-Qur’an. Namun, dengat tekad kuat, ia tak henti menemani Musa supaya tekun menghafal. Kuncinya, kata Rohmanto, adalah muraja’ah atau mengulang-ulang hafalan.
- Jaga Pergaulan
Rohmanto tidak mengelak, putranya bisa dibilang kurang bergaul dengan banyak anak. Itu semata karena dirinya berusaha supaya Musa menjaga hafalannya.
- Dijauhkan dari Televisi
Musa memang dijauhkan dari televisi. Bahkan, Rohmanto menceritakan, di bandara, ketika ia sedang akan mengobrol, tepat di hadapannya ada televisi, ia lantas minta pindah. Katanya, takut Musa menonton tv.
- Jaga Makanan
Ada makanan khusus yang selalu diberkan Rohmanto pada Musa. Itu adalah sari kurma, madu, dan propolis. Sebab katanya, menghafal membutuhkan banyak energi.
- Jaga Rutinitas
Rohmanto membeberkan kegiatan Musa dari bangun sampai tidur kembali. Musa bangun pagi setengah jam sebelum subuh, lalu mengimami shalat tahajud adik-adiknya. Setelah itu berjamaah Subuh di masjid. Kemudian murajaah sampai jam 9 pagi. Musa kuat sampai murajaah 10 juz secara rutin setiap harinya.
Dari jam 9 sampai jam 10 baru makan pagi. Selanjutnya tidur siang sampai waktu Dzuhur tiba. Musa tidak boleh tidak untuk melakukan tidur siang ini. Wajib! Kemudian dari Dzuhur sampai Ashar, waktunya menambah hafalan baru. Setelah Ashar, Musa sekarang tengah menghafalkan kitab Bulughum Maram.
Menghafal kitab tersebut berlangsung sampai jam 5 sore. Nah, dari jam 5 sampai maghrib, Musa bermain. Lalu, dari Maghrib sampai Isya, Musa selalu ikut kegiatan taklim Rohmanto. Uniknya, sebelum Rohmanto menyampaikan taklim, ia selalu mempersilakan anaknya untuk membacakan hafalannya dan mempersilakan jamaah untuk bertanya atau ngetes hafalan Musa. Hal tersebut berlangsung hampir setiap hari.
Subhanallah ya, Ayah Bunda. Bagaimana sudah terinspirasi dan mau mengikuti jejak hafiz anak Musa ini? Kalau sudah niat Lillahita’ala, kemudian ikhtiar, In syaa Allah Ayah Bunda juga bisa punya anak seperti Musa.
Namun, jika merasa tak sanggup mengikuti jejak Rohmanto mendidik Musa, Ayah Bunda barangkali bisa mencobanya pelan-pelan. Mungkin salah satunya dengan menggunakan LAQU. Ini adalah sebuah paket yang berisi mushaf 1 juz dan sejumlah game dengan materi bahasa arab. Dari game-game ini, anak bisa hafal beberapa potongan-potongan ayat hingga ketika membuka mushaf 1 juznya, hafalan anak bisa menjadi lebih utuh. Sederhananya, LAQU itu adalah sejumlah game yang membuat anak menghafal Al-Qur’an, meski mungkin tak begitu disadari si anak bahwa dirinya tengah melakukan itu. Tahu-tahu hafal surat ini surat itu.
Metode yang dibangun oleh LAQU ini sangat memperhatikan kondisi psikologis dan karakteristik anak dalam belajar dan menghafal. Maka tak heran, LAQU menjadi sarana yang tepat untuk memulai mendidik anak menjadi seorang hafiz. Sebab, jika Ayah Bunda ingin nak melakukan sesuatu, harus dipastikan terlebih dahulu bahwa si anak menyukai melakukan sesuatu tersebut. Lantas, metode game yang dikembangkan LAQU ini rasanya-rasanya sangat pas untuk mulai menemani anak menjadi penghafal Al-Qur’an.