Cara melatih emosi anak sepertinya sudah jadi pengetahuan yang wajib dimiliki oleh Ayah Bunda. Pasalnya, berdasarkan sejumlah penelitian, kecerdasan emosi anak lebih berpengaruh terhadap kesuksesan anak dibandingkan dengan kecerdasan intelektualnya (IQ). Perbandingannya sekitar 80% berbanding 20%.
Sedikitnya, hal itu menjelaskan fenomena di mana orang yang ber-IQ tinggi memiliki karir yang tak jauh lebih cemerlang dibanding dengan orang dengan kecerdasan intelektual lebih rendah tapi kecerdasan emosionalnya lebih tinggi.
Secara teoritis, fenomena itu bisa dijabarkan seperti ini; orang dengan IQ tinggi tetapi tidak pandai mengelola emosi akan sulit mencari solusi untuk masalah-masalah yang dihadapinya. Orang seperti ini cenderung mudah kecewa. Jika menghadapi kegagalan, mereka kerap larut dalam kesedihan. Begitu lah jika tak pandai mengelola emosi.
Berbeda dengan itu, seseorang dengan kecerdasan emosi yang tinggi secara naluriah mampu mengubah situasi yang tidak menguntungkan baginya, atau situasi yang tidak ia senangi menjadi lebih baik. Orang seperti ini pandai dalam mengelola dirinya di berbagai situasi. Dan tak heran, kesusksesan dalam hal apapun lebih mudah diraihnya dibanding dengan orang yang tak begitu pandai mengontrol dirinya.
Nah, Ayah Bunda, bisa kita lihat kan, betapa pentingnya kecerdasan emosi. Maka, sudah seyogyanya Ayah dan Bunda mengetahui cara melatih emosi anak. Sekurang-kurangnya ada 4 cara melatih emosi anak, yakni;
- Melatihnya Mengenali Perasaan
Anak mesti tahu masing-masing perasaan yang bisa dirasakannya. Bagaimana perasaan marah itu. bagaimana perasaan sedih, bahagia, semangat, dan persaan-perasaan lainnya. Selain itu, yang jauh lebih penting adalan memberi wawasan tentang karakteristik perasaan dan apa yang harus dilakukan ketika perasaan tersebut melanda.
Begini, Ayah Bunda, terkadang anak itu tak pandai mengendalikan emosi karena mereka tak punya wawasan di dalam pikirannya tentang apa yang bisa ia lakukan jika sebuah perasaan melanda mereka. Misal ketika marah, anak harus memiliki bayangan di otaknya bahwa marah itu tidak baik, ada juga beberapa pilihan sikap yang bisa mereka lakukan.
Untuk mengenalkannya, Ayah Bunda bisa lakukan dengan hal-hal menyenangkan. Misalnya dengan menggambar. Coba ambil crayon warna merah. Kemudian gambar seperti api. Jelaskanlah bahwa ini warna merah, menggambarkan kemarahan, seperti api, bisa membakar yang lainnya. kalau sudah begitu, seaiknya melakukan ini, ini, ini. Ya, sederhananya seperti itu. Bisa dicoba!
- Membiasakan Anak Mengontrol Dirinya
Hal ini biasanya sangat aplikatif. Maksudnya, dilakuakn dalam situasi nyata. Contoh membiasakan anak mengontrol dirinya itu seperti ketika Ayah Bunda hendak ke Mall, katakan pada anak bahwa tujuan ke sana adalah untuk beli keperluan rumah tangga. Buat perjanjian dengan anak untuk tidak membeli yang lain. Lantas, ketika di Mall, si kecil menangis minta sesuatu, misal. Maka jelaskan perjanjian di rumah tadi. Kalau masih menangis, pulanglah. Biasakan menyepakati perjanjian dan menepatinya. Ayah Bunda jangan kalah. Ini penting sebagai sarana latihan anak untuk mengontrol dirinya.
- Melatihnya Memotivasi Diri
Cara melatih emosi anak yang ketiga adalah dengan mengajarkannya memotivasi diri. Ini bisa dilakukan dengan hal yang paling sederhana, yaitu kata-kata. hal ini juga bisa dilakukan di usia anak yang masih cukup muda. Saat anak belajar berjalan, katakan saja, “Ayo nak, kamu pasti bisa, bangun lagi, coba lagi, kamu bisa!” dengan gestur tangan dan mimik memotivasi.
Motivasi menjadi sangat penting sebagai cara melati emosi anak anak karena kita tahu, di kemudian hari, anak akan menghadapi kondisi yang barangkali tidak diharapkannya. Nah, kecerdasan emosi memungkinkan anak untuk membalikkan situasi kondisi seperti itu.
- Menunjukkannya!
Anak bisa melakukan A karena dia pernah melihat atau membayangkan atau setidaknya A itu ada di alam berpikirnya, terpikir olehnya. Nah, untuk membuatnya tahu, tentu Ayah Bunda, sebagai orangtua harus menunjukkannya. Seperti apa kecerdasan emosi itu, seperti apa mengontrol diri itu, seperti apa memotivasi diri itu. Tunjukkan pada anak jika ingin mereka berbuat demikian.
Menunjukkannya tentu bisa dilakukan dan sangat bagus oleh Ayah Bunda sendiri, menjadi contoh nyata. Kalaupun tidak, ada banyak sarana yang bisa digunakan untuk menunjukkannya. Contohnya buku. Tunjukkan padanya cerita tentang seseorang yang mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya, cerita tentang seseorang yang bisa diterima dan menjadi bermnafaat bagi lingkunan barunya, cerita tentang seseorang yang membalikkan keadaan dari semula sedih ditinggal orang yang dicintainya kemudian bangkit dan sukses.
Seri buku Halo Balita bisa jadi pilihan yang sangat tepat dalam hal ini. Dari 25 jlid buku ceritanya, topik terkait self help, value, dan spiritualnya secara gamblang menunjukkan pada mereka tentang kecerdasan emosi. Cerita, gaya bertutur yang khas, dan ilustrasinya secara efektif menanamkan karakteristik tipe orang dengan kecerdasan emosi tinggi pada anak.
Itulah 4 cara melatih emosi anak yang sangat sederhana. Ingat, Ayah Bunda, kesuksesan bukan saja dibangun di bangku sekolah-sekolah favorit, tapi dibangun di rumah, di bentuk dengan pondasi yang kuat. Dan sekuat-kuatnya pondasi adalah kecerdasan emosi!