Mandira Dian Semesta
Pasti Baru Dengar! Berdasarkan Riset, Ini Dia Hal yang Paling Mengejutkan dari Game Anak PAUD
Pasti Baru Dengar! Berdasarkan Riset, Ini Dia Hal yang Paling Mengejutkan dari Game Anak PAUD By admin / 06 September 2018

Game anak PAUD yang terbayang oleh Ayah Bunda apa saja sih? Ganti deh pertanyaanya, game anak PAUD yang Ayah Bunda beri ke putra putrinya apa?


Soal game anak PAUD, ada sebuah riset menarik dari peneliti pendidikan anak di Amerika sana. Rasanya, Ayah Bunda mesti tahu juga deh tentang penelitian. Barangkali ada (kayaknya banyak) ilmu yang bisa dipetik.


Nah, sebelum kita bahas hal paling mengejutkan dari temuan riset ini, simak dulu yang berikut ya.


Jadi, penelitian ini dilakukan oleh dua orang peneliti, Jeffrey Trawick dan Smith, Professor pendidikan anak di Center for Early Childhood Education, Eastern Connecticut State University. Mereka berdua meneliti tentang hubungan antara mainan, anak-anak (khususnya preschool/ PAUD), dan aktivitas bermain.


Prof Trawick dan Smith menjelaskan bahwa studi mereka mencoba mencari tahu dampak dari teman kelas, guru, keluarga, dan lingkungan kelas serta lingkungan rumah terhadap interaksi anak dengan mainan. Kedua profesor ini lantas menguji anak-anak PAUD menggunakan mainan yang dikembangkan dengan unsur berpikir, belajar, memecahkan masalah, interaksi sosial, dan kreativitas.


Nah, hal temuan penting dari studinya, imbuh Prof Trawick-Smith, setiap mainan punya pengaruh yang berbeda-beda terhadap anak. Beberapa mainan berpengaruh besar terhadap daya berpikir anak, kemampuan berinteraksi, dan kemampuan mengekspresikan kreativitasnya. Sedangkan beberapa mainan lain tidak.


Sejumlah mainan yang tampaknya terlihat paling menarik justru tidak memberi pengaruh terhadap proses perkembangan anak. Hal ini bermanfaat untuk guru dalam memilihkan jenis mainan atau game anak PAUD.


Kedua profesor ini lantas ditanya, “dari penelitian ini, pesan apa yang hendak di sampaikan kepada orangtua?” Mereka menjawab begini: kita ingin memberi rekomendasi mainan secara spesifik pada orangtua. Hal tersebut dikarenakan ketertarikan anak memainkan sesuaitu itu sangat didorong oleh budaya orangtuanya.


Menariknya, Profesor Trawick-Smith ini lantas meyebut mainan rekomendasinya. Katanya, basic is better. Mainan dengan skor tertinggi dalam mempengaruhi perkembangan anak adalah mainan yang simpel, sederhana, balok kayu, mencocokkan benda dengan tanda yang tepat (dalam penelitiannya menggunakan mainan kendaraan kayu dengan tanda jalan), dan mainan konstruksi sederhana. Mainan seperti ini, lanjunya, pada dasarnya bersifat open-ended, jadi anak bisa memainkannya dengan beragam cara.  


Di Indonesia, jika Ayah Bunda mencari permainan seperti ini, paling mengena atau paling mendekati itu SabaQu. SabaQu ini mainan edukatif sekaligus interaktif. Komponen permainannya terdiri dari papan kotak berwarna hijau yang tengahnya bolong, lebih seperti figura atau frame. Kemudian, di bagian samping papan ini ada lingkaran untuk menempelkan kepingan warna-warni. Lalu, ada lembaran (tidak tipis dan lembek seperti kertas biasa) soal yang saat dimainkan, lembaran ini dipasangkan di tengah papan, pas di bolongnya. Nah, anak akan menjawab pertanyaan atau mencocokkan jawaban dengan memasangkan kepingan magnet di papan, tepat di sebelah jawaban yang dipilihnya.


Model pasang, pakan, tempel, susun pada SabaQu jelas memenuhi aspek konstruksi seperti apa yang dikatakan Prof Trawick-Smith. Model hand-on play seperti ni juga memang sudah tidak diaragukan lagi dampak positifnya bagi anak. Kemudian, mencocokkan benda dengn tanda yang tepat dalam penelitian itu terepresentasi dengan menempelkan kepingan warna-warni pada jawaban yang tepat. Bahkan, ada bobot lebih pada SabaQu dari aspek mencocokkan itu.


Ayah Bunda, itulah pesan yang coba disampaikan Prof Trawick-Smith dari penelitannya atas game anak PAUD. Namun, katanya, ada temuan yang paling mengejutkan dari penelitian mereka itu. Prof Trawick-Smith mengaku bahwa temuan mengejutkan dari penelitian mereka adalah soal kebiasaan masyarakat membeda-bedakan mana mainan perempuan dan mana mainan laki-laki.


Prof Trawick-Smith mengatkan bahwa mainan yang secara tradisional dilihat sebagai mainan untuk laki-laki, seperti konstruksi, mobil-mobilan, ternyata dimainkan lebih banyak oleh perempuan. Jadi, kedua profesor ini mendorong pada orangtua atau pengajar untuk membuang cara pandang kuno yang membeda-bedakan permainan berdasarkan gender tersebut. Jangan sampai anak perempuan kehilangan kesempatan untuk berkembang dengan maianan konsturksi, mobil-mobilan atu robot-robotan hanya karena dinggap tak pantas memainkannya.