Mandira Dian Semesta
Penting! Kata Pakar: Mengapa Kita Harus Mengajarkan Kecerdasan Emosi Anak?
Penting! Kata Pakar: Mengapa Kita Harus Mengajarkan Kecerdasan Emosi Anak? By admin / 31 October 2018

Kecerdasan emosi anak ini penting sekali lho, Bund! Banyak riset yang menunjukkan bahwa kecerdasan emosi anak atau yang biasa disebut emotional quotient (EQ) ini adalah faktor penentu kesuksesan karir, akademik, dan bahkan kesuksesan anak. Jadi, Ayah Bunda yang ingin anaknya sukses, wajib paham betul soal ini.


Nah, untuk menambah wawasan Ayah Bunda tentang kecerdasan emosi anak, yuk kita simak salah satu paparan Lisa Firestone, Ph.D, psikolog klinis, penulis buku-buku parenting, sekaligus direktur pusat penelitian dan pendidikan Glendon Association, berikut.


Di situs psychology today, Lisa mengungkapkan bahwa kita semua terlalu sering menganggap remeh anak-anak, menilai bahwa mereka tak mampu dengan baik memahami kompleksitas emosi dunia mereka. Padahal, dengan kemampuan berpikir dan merasanya, semua anak bisa secara konstan mengetahui, bereaksi, beradaptasi, dan mengembangkan pikiran mereka melalui pengalamannya merasakan berbagai kondisi. Anak-anak itu, lanjut Lisa, mampu menyerap berbagai hal yang ada di sekitarnya.


Fakta tersebut membuat Lisa bertanya, mengapa kita memberikan banyak sekali subjek pelajaran kepada anak, mengajarinya cara mengucapkan sebuah kata, mengajarinya menyikat gigi, tapi tidak secara serius mengajarkan anak tentang pendidikan emosi yang sebetulnya mampu mendongkrak kualitas hidup mereka.


Ia kemudian menunjukkan sebuah temuan penelitian bahwa “kecerdasan emosi anak atau EQ memprediksi lebih dari 54% dari faktor kesuksesan (hubungan, kesehatan, kualitas hidup)”. kemudian, data tambahan berkesimpulan bahwa “seseorang (remaja) degan tingkat EQ yang tinggi itu ‘diam’ di sekolah, kemudian mengambil keputusan yang lebih baik”.


Lisa lantas berpesan kepada semua orangtua, ‘ketika mengajarkan anak tentang kecerdasan emosi, melatihnya bagaimana mengenali perasan, memahami dari mana mereka berasal dan bagaimana berdamai dengan dirinya sendiri, maka sejatinya Ayah Bunda tengah mengajarkan hal paling esensial untuk kesuksesan hidup mereka’.


Dengan pembukaan paparan dan dua data di atas, Ayah Bunda sudah bisa mengambil poin dan melihat urgensi mengapa kecerdasan emosi anak harus dilatih sejak dini.


Untuk melatih kecerdasan emosi anak, cara atau metodenya ada banyak. Salah satunya kita pernah bahas tentang metode prinsip RULER (recognizing, understanding, labeling, expressing, dan regulating feeling). Namun ada poin penting yang Lisa sampaikan terkait hal ini.


Katanya, sebagai orangtua, ketika kita tidak punya cara sehat untuk menghendel emosi kita sendiri, maka kita punya masalah untuk mengajarkan cara bagaimana anak kita menghendel perasaannya. Itulah mengapa perubahan/ pelatihan/ pembelajaran kecerdasan emosi itu bermula pada diri orangtuanya sendiri. Beruntung, metode RULER itu bisa dilatih atau dipelajari oleh semua usia.


Ketika jengkel atau kesal pada si kecil, imbuh Lisa, sebaiknya Ayah Bunda bertanya dan melihat pada diri sendiri seraya memperaiki ‘kerusakan’ emosi yang ditimbulkan. Nah, saat melakukan itu, Ayah Bunda sebetulnya tengah menciptakan lingkungan atau suasana di mana anak bisa mengasah kepekaan emosi mereka. Secara kasat mata atau logika sederhana, barangkali hal ini tak bisa dengan mudah dipahami. Tapi sains mengatakan demikian.


Ayah Bunda yang baik hati, sekarang kita sudah tahu betapa pentingnya melatih kecerdasan emosi anak sejak dini, bukan? Perlu diketahui pula bahwa melatih kecerdasan emosi anak itu juga bisa dilakukan dengan menggunakan sarana-sarana pendukung lainnya seperti buku.


Malah, tidak bisa dinafikan bahwa buku ini memiliki andil cukup besar dalam rangka memberikan informasi pada anak tentang kecerdasan emosi itu sendiri. Sebab, kecerdasan emosi itu tidak hanya tentang perasaan. Tetapi juga mesti dibahasakan agar kemudian yang dirasa itu bisa dijelaskan.


Dan di situlah kita tahu betapa pentingnya buku Halo Balita yang selain menjadi medium bagi Ayah Bunda untuk mengajarkan kecerdasan emosi pada si kecil, juga menjadi pelecut berbagai aspek kecerdasan lainnya seperti kemampuan berbahasa dan kinestetik anak.