Mandira Dian Semesta
Sejumlah Peneliti Sarankan Game Anak PAUD Ini untuk Membuat Produktif Waktu Libur Sekolah
Sejumlah Peneliti Sarankan Game Anak PAUD Ini untuk Membuat Produktif Waktu Libur Sekolah By admin / 17 October 2018

Game anak PAUD mesti betul-betul Ayah Bunda optimalkan sebagai sarana belajar si kecil, bukan sekadar untuk menghabiskan waktu saja. Apalagi ketika masa libur sekolah PAUD. Sayang dong kalau sepanjang dan setiap harinya cuman dipakai untuk main gadget saja.


Peneliti pendidikan anak ternyata sudah sejak jauh-jauh hari meneliti tentang bagaimana masa liburan sekolah dihabiskan oleh anak. Dan ternyata, temuan mereka menunjukkan bahwa kebanyakan waktu libur sekolah, khususnya libur panjang, digunakan oleh anak-anak untuk bermain dengan gadgetnya (screen time). Anehnya, berdasarkan fenomena tersebut, banyak orangtua yang memilih untuk membeli perangkat-perangkat elektronik edukatif, bukan justru mencari cara bagaimana mengatasi kecanduan gadget mereka.


Begitulah, jadi pilihan orangtua itu justru membeli berbagai macam gadget edukatif berteknologi tinggi. Mereka beranggapan bahwa tidak masalah lah anak bermain gadget, asalkan konten yang dimainkannya di gadget tersebut itu edukatif. Bagaimana dengan Ayah Bunda? Berpikiran sama seperti ini? Hem.


Kondisi tersebut ternyata disanggah oleh Kathy Hirsh-Pasek, professor psikologi di Temple University yang concern terhadap kajian hubungan antara bermain dan bermain. Dikutip dari new york times, ia mengungkapkan bahwa mainan edukatif terbaik bagi anak itu adalah mainan yang sederhana dan terbuka serta eksploratif, seperti mainan balok atau dress-up clothes (dulu di Indonesia ada mainan kertas berupa remaja laki-laki dan perempuan yang bisa didandani, diganti pakaiannya, dan dipakaikan berbagai aksesoris. Kita menyebutnya bebepean. Anak-anak 90-an ke bawah pasti tahu).


“Ketika kita menaruh balok-balok secara acak di lantai dan anak-anak mesti memikirkan bagaimana cara menyusunnya dengan baik dan seimbang, mereka bermain secara fisik, dengan menyenangkan, sekaligus belajar dasar-dasar atau fondasi skill yang kita tahu berhubungan pada matematik skill,” papar Kathy.


Senada dengan Kathy, Dr. Alison Gopnik, profesor psikologi di University of California sekaligus penulis buku parenting ‘The Gardener and the Carpenter’, mengungkapkan bahwa anak belajar sangat banyak ketika mereka memainkan mainan nyata yang tidak terstruktur. Atau mengharuskan mereka menyusunnya.


Dr. Alison mengatakan bahwa orangtua harus paham bahwa libur sekolah adalah waktu ketika anak bisa mengeksplorasi lebih, waktu ketika mereka bisa berpikir tentang kemungkinan, waktu bagi mereka untuk menjadi lebih kreatif.


Board games bisa menjadi arena terbaik bagi anak untuk berlatih atau mempraktikan skill sosial yang sangat penting, seperti belajar bagaimana bernegosiasi dan mengikuti aturan,” kata Dr. Alison.


Sampai sini, jelas kan bahwa permainan edukatif untuk anak, khususnya anak-anak PAUD, itu bagusnya tidak di gadget.


Nah, tak sampai di situ, Dr. Alison juga menceritakan salah satu pengalamannya. Katanya, ia pernah melakukan riset dan test terhadap mainan, games, dan aplikasi untuk anak di Wirecutter, anak perusahaan New York Times yang membuat review produk. Lantas, imbuhnya, karakteristik mainan edukasi yang tepat untuk anak itu adalah yang open-ended play, kits and crafts, dan game for group.


Sedikit penjelasan tentang ketiga karakteristik mainan tersebut, open-ended play itu adalah mainan yang memungkinkan anak untuk melakukan apapun dan tak terbatas pada mainan tersebut. Contoh sederhananya adalah lego. Di situ, anak bisa membangun apa saja dan tanpa batas, sesuai dengan imajinasi dan kreatifitasnya.


Sementara mainan kits and craft itu adalah mainan yang bisa dibilang mengasah keahlian tertentu pada anak. Contohnya, ada mainan namanya Koala Crates (untuk 3 sampai 4 tahun) yang membuat anak menyusun sesuatu menjadi binatang, atau membuat instrumen musik. Ada juga mainan yang mengajarkan anak coding, memperkenalkan anak ada listrik, dan lain sebagainya. Yang terakhir, yang ketiga, yaitu game for group. Jelas, ini mainan yang bisa dimainkan secara kolaboratif, yang bisa dimainkan secara bersama-sama.


Dari paparan di atas, berdasarkan riset yang dilakukan oleh professor Kathy dan Dr. Alison, rasanya Ayah Bunda bisa dengan mudah mengambil kesimpulan terkait dengan game anak PAUD seperti apa yang baik untuk mereka, yang membuat waktu libur sekolahnya menjadi produktif. Bukan yang game edukasi di gadget berteknologi tinggi, melainkan game sederhana dengan tiga karakteristik yang sudah dijelaskan.


Kalau Ayah Bunda lantas ingin secara spesifik mencari game anak PAUD yang memiliki tiga karakteristik tersebut, maka tidak bisa tidak untuk menyebut satu mainan, yakni SabaQu. Secara kasat mata, Ayah Bunda bisa menelaah sendiri betapa ketiga karakteristik yang dipaparkan oleh Dr. Alison itu berada pada game anak PAUD bernama SabaQu ini. Tidak percaya? Coba mainkan atau lihat review SabaQu!