Mandira Dian Semesta
Si Kecil Suka Nonton Sinetron? Hati-Hati Dampaknya! Mending Beri Ia Buku untuk TK Ini
Si Kecil Suka Nonton Sinetron? Hati-Hati Dampaknya! Mending Beri Ia Buku untuk TK Ini By admin / 10 October 2018

Buku untuk TK itu ibarat oase di tengah kegersangan isi siaran televisi kita ya, Bund. Coba bayangkan, tayangan infotainment yang isinya banyak gosip hadir di jam-jam anak melek. Sinetron yang isinya konflik, dendam, kebencian, cinta-cintaan, hadir juga di waktu prime time. Bahkan, sinetron remaja pun dibuat ceirtanya seperti film-film dewasa. Duh!


Solusinya sih ya memang matikan tv. Terus hadiahi si kecil buku untuk TK ini. Hah, buku apa? Sabar. Sebelum kita bahas tentng bukunya, untuk kebaikan putra putri kita semua, Ayah Bunda sebaiknya ketahui hal berikut terlebih dahulu.


Di dalam buku yang menarik berjudul NurtureShock: New Thinking Abut Children, termuat sebuah aktivitas penelitian yang menguji bagaiana isi siaran televisi berpengaruh pada karakter anak, khsususnya dalam meningkatkan sisi-sisi buruknya.


Semakin sering anak menonton televisi, maka mereka semakin bersifat bossy, manipulatif (tidak bisa menjadi diri sendiri), dan agresif. Lantas, untuk menguji kebenarannya, sekelompok peneliti, Ostrov’s team, menghabiskan waktu berhari-hari menonton televisi sendiri sekaligus menguji kelindan antara anak dan televisi.


Kesimpulan awal yang didapat, Ostrob berteori bahwa setiap program televisi lebih dari setengah durasinya mempertontonkan konflik antara karakternya daripada penyelesaian atas konflik. Dan dalam uji keseluruhannya, mereka berkesimpuan bahwa dampak-dampak negatif televisi pada anak seperti yang sudah di sebut di atas peluang terjadinya sangat besar.


Tak hanya itu, penelitian Ostrov’s team ini ternyata senada dengan sebuah Minessota Study yang juga menunjukkan bahwa semakin sering anak menonton televisi, semakin ‘kejam’ (crueler) mereka terhadap teman sekolahnya.


Di Indonesia, di beberapa keluarga, justru, menonton snetron, menonton acara-acara infotainment itu sudha semacam agenda keluarga. dan memang dari sisi infrastruktur pun mindset seperti itu sudah seperti mendarah daging. Coba bayangkan, satu hal yang lumrah berada di ruang keluarga itu televisi. Akhirnya, ya, waktu ngumpul, mereka berkumpul sambil nonton, sambil gosip. Mungkin, ini subjektif, tergantung selera. Tapi, penelitian ilmiah ternyata mengatkan seperti di atas.


Di sisi yang lain, peran buku untuk perkembangan anak itu sudah tidak bisa dibantahkan lagi. Namun, bagaimana dengan mindset keluarga di Indonesia. Mungkin, masih ada yang berpandangan dan merasa bahwa kehadira televisi di rumah itu lebih penting daripada perpustakaan pribadi atau buku. Kalau sudah begitu,ya tidak apa-apa. Mungin baru sampai sana cara berfikirnya. Dan sudah tugas semua untuk menyebarkan literasi.


Untuk Ayah Bunda pembaca setia Mandira, yuk, dari pada menaruh tv di ruang keluarga yang isinya bisa berdampak buruk bagi anak, mending sediakan rak dengan deretan buku di dalamnya. Untuk anak, jangan lupa pula sertakan buku untuk TK satu ini. Ya, Halo Balita dan Nabiku Idolaku. Hadirkan kedua buku ini semata untuk mendukung perkembangan kecerdasan emosional, spiritual, sosial, dan intelektual si kecil.


Mari kita tengok Halo Balita. Ke-25 jilid bukunya secara langsung buku untuk TK ini, menyasar perkembangan potensi anak dari segi spiritual, kemampuan kognitif, hingga nilai-nilai kebaikan universal. Kemampuan-kemampuan dasar yang bersifat ragawi namun berdampak positif pada perkembangan mentalnya dilatih. Mulai dari makan sendiri, tidur sendiri, hingga menabung semuanya dibawakan ke alam pikir anak dengan cara yang efeisien dan mengasikkan.


Nah, dalam pembahasan ini, seri buku Nabiku Idolaku ini jadi lebih menarik. Begini, televisi itu mengangkat sebuah karakter ke atas pentas. Mencuatkan namanya hingga akhirnya diidolakan banyak orang. tidak terkecuali anak-anak. Lalu, mereka mulai mempersolek diri ingin seperti yang diidolakan. Mulai dari gerakan hingga gaya bicaranya. Dan ini sebetulanya sifat alamiah dari seorang anak, yakni imitasi, meniru.


Bayangkan ketika yang disajikan pada alam pikir anak itu bukan tontonan sinetron dengan karakter-karakternya itu, tetapi, yang dipertontonkan pada anak itu adalah sosok manusia paling mulia di muka bumi, yaitu Nabi Muhammad Saw. Anak mulai mengidolakannya, meniru segala perangainya. MasyaAllah deh kalau bisa sampai begitu. Bisa kok, Bund! Makanya, tunjukkan pada anak sosok Rasulullah Saw tersebut. kalau belum marak di tv, ya sudah, dengan buku Nabiku Idolaku saja. Matikan tv, lalu baca buku untuk TK satu ini bersama-sama. Emh, adem kayaknya.