Mandira Dian Semesta
Takut si Kecil Berakhlak Buruk? Jangan Ambil Risiko, Yuk Biasakan Baca Cerita Anak Keteladanan Nabi
Takut si Kecil Berakhlak Buruk? Jangan Ambil Risiko, Yuk Biasakan Baca Cerita Anak Keteladanan Nabi By admin / 12 October 2018

Cerita anak keteladanan nabi itu sangat diperlukan anak. Bunda tak mau kan anaknya berkata kasar, atau bahkan bersikap kasar? Bunda tak mau kan anaknya tidak punya sopan santun, tak mau kan kalau anaknya tidak ramah, arogan, atau egois?


Tentu tak ada orangtua yang menginginkan anaknya tumbuh menjadi pribadi yang tak berakhlak baik. Sebaliknya, semua Ayah Bunda berusaha anaknya agar tumbuh menjadi pribadi yang baik dalam berhubungan dengan sesama makhluknya dan baik pula hubungan dengan Tuhannya.


Namun, ketakutan Ayah Bunda jika anaknya kelak tumbuh menjadi pribadi yang tidak berakhlak baik itu cukup beralasan. Tantangan zaman sangat berat. Anak-anak Bunda hidup di era dimana informasi melimpah dan segalanya sangat mudah untuk diakses.


Zaman dahulu, ketika Ayah Bunda masih kecil, barangkali gurunya hanya ada sedikit, yaitu guru di sekolah, madrasah, dan di rumah. Itu tentu baik, sebab, semuanya terkontrol. Pengajaran yang diperoleh oleh Ayah Bunda waktu itu masih sangat steril karena berasal dari orang-orang terpercaya dan jelas sumbernya.


Bagaimana dengan sekarang? Putra putri Ayah Bunda itu digurui oleh banyak hal, oleh banyak pihak, dan semuanya tak bisa terkontrol. Televisi bisa adi guru mereka. Smartphone juga bisa jadi guru mereka. Bahkan, jika anak menghabiskan waktu lebih lama dengan smartphone-nya dibanding dengan orangtuanya, maka yang lebih berpengaruh terhadapnya bisa jadi apa yang diaksesnya di dalam smarthone. Lantas, bagaimana jika konten dalam smartphone yang diaksesnya itu tidak mengajarkan kebaikan? Na’udzubilh ya, Bund!


Berikutnya adalah soal role model atau idola. Manusia itu punya kecenderunan untuk meniru. Dan tingkat imitasi semacam itu bisa sangat besar. Apalagi yang kita bicarakan itu anak, khususnya anak balita. Dengan, katakanlah, basic pengetahuan dan prinsip nilai yang masih berkembang (minim), mereka akan dengan sangat mudah meniru apapun yang dilihatnya, apapun yang didengarnya, yang dirasainya. Sebab, begitulah cara mereka belajar.


Oleh sebab itu, penting sekali bagi Ayah Bunda untuk memperhatikan apa-apa saja yang ditonton dan didengar oleh anak. Ayah Bunda harus betul-betul selektif terhadap hal ini.


Jangan sampai akhlak anak menjadi buruk hanya karena mereka meniru tokoh kartun yang sering ditontonnya. Jangan sampai anak kita tak tahu sopan santun hanya karenamereka serig menonton film luar yang nilai budayanya berbeda. Sederhananya, pengaruh role model atau idola anak berpengaruh besar terhadap akhlaknya.


Dari tuturan di atas, Ayah Budna pasti sudah bisa menangkap urgensinya mengapa cerita anak keteladanan nabi itu menjadi sangat penting.


Tidak ada yang membantah bahwa manusia dengan akhlak yang paling mulia adalah Nabi Musahammad Saw. Tidak terelak pula bahwa para nabi-nabi Allah itu memiliki akhlak yang patut ditiru. Tidak ada alasan bagi umat muslim untuk tidak mengidolakan para manusia pilihan Allah terebut, untuk itu pentingnya menyuguhkan cerita anak keteladanan nabi untuk anak.


Lantas, bagaimana cara membuat anak mengidolakan para nabi sehingga akhlak waliyullah tersebut bisa melekat dan ditiru oleh anak. Caranya hanya satu, perkenalkanlah anak-anak dengan kedua puluh lima nabi itu. Tunjukkan pada mereka begitu hebatnya, begitu luarbiasanya para nabi, betapa serunya cerita anak keteladanan nabi.


Ayah Bunda bisa memperkenalkannya dengan buku seri Nabiku Idolaku. Ayah bunda harus aware terkait hal ini, ada beberapa hal yang menjadi keunggulan Nabiku Idolaku dan tidak dimiliki buku cerita anak keteladanan nabi lainnya.


Pertama, Nabiku Idolaku disajikan dengan paduan kata dan ilustrasi yang ringan, namun tidak mereduksi pesannya sedikitpun. Kedua, buku ini fisiknya berupa board book ergonomis yang mana mampu menarik perhatian anak dan membuatnya nyaman berlama-lama dengan buku ini.


Yang paling penting, Nabiku Idolaku ini memberi ruang yang amat luas kepada Ayah Bunda untuk mendongengkan kisah para Nabi dan Rasul dengan gayanya sendiri dan tak menutup kemungkinan bahwa hal itu juga bisa dilakukan oleh si anak. Mereka bisa berimajinasi sekreatif mungkin, tanpa keluar alur nilai-nilai yang ada.


Hal ini tentu menjadi ikhtiar nyata Ayah Bunda dalam mendidik anaknya supaya tumbuh menjadi pribadi dengan akhlak yang baik. Niatkan yang lurus karena Allah Ta’ala, in syaa Allah, surga balasannya. Aamiin.