Mandira Dian Semesta
Ilmuwan Ungkap Rahasia Membentuk Anak Jadi Jenius, Pakai Buku Confidence in Science?
Ilmuwan Ungkap Rahasia Membentuk Anak Jadi Jenius, Pakai Buku Confidence in Science? By admin / 14 September 2018

Confidence in Science merupakan salah satu leading book di bidang sains yang diperuntukkan bagi anak. Dari banyak forum, obrolan tentang Confidence in Science ini sering bermuara pada apresiasi para orangtua terhadap manfaat buku ini yang membantu mencerdaskan anaknya.


Sementara sudah tak ada perdebatan terkait dampak positif Confidence in Science, sekarang mari kita lihat paparan menarik tentang cara membentuk anak menjadi jenius dari Hirsh-Pasek, seorang professor di Temple University yang sekaligus tersohor dengan pengalamannya sebagai distinguished developmental psychologist.


Jadi, Prof. Hirsh-Pasek ini baru-baru ini menerbitkan sebuah buku berjudul “Becoming Brilliant: What Science Tells Us About Raising Successful Children.


Dalam sebuah wawancara, Prof. Hirsh-Pasek menjelaskan, untuk membentuk anak menjadi jenius, kita mesti melatih mereka melakukan apa yang komputer lakukan. Komputer itu katanya selalu bertumbuh semakin baik, semakin canggih. Tapi, komputer tidak lebih baik dari manusia di dalam hal sosial, mengatur hubungan, menjadi bagian dari sebuah komunitas. Jadi, kita harus mengubah definisi sukses yang ada di sekolah dan di luar sekolah. Yakni menjadi lebih sosial.


Di dalam bukunya, Prof. Hirsh-Pasek menunjukkan 6 kunci untuk menjadi jenius. Keenam kunci tersebut dimulah dengan huruf C. Ia menyebutnya 21st-century report card. Dan keenam C tersebut adalah collaboration, communication, content, critical thinking, creative innovation, dan confidence (percaya diri).



  1. Collaboration


Prof Hirsh-Pasek menegaskan, untuk menjadi jenius, basicnya atau dasarnya adalah kolaborasi. Dengan kolaborasi, anak tidak bisa mengasingkan temannya yang tak begitu pandai. Kolaborasi membangun komunitas, pengalaman beragam, dan budaya. Untuk menjadi jenius, apapun yang dilakukan anak di dalam kelas ataupun di luar kelas harus dibangun dalam fondasi kolaborasi ini.


Semangat bertumbuh bersama, semangat membantu, mengayomi inilah yang mesti Ayah Bunda tanamkan pada anaknya sebelum hal-hal lainnya. Dan umumnya, poin ini kerap dilupakan banyak orang. Untuk menjadi jenius, orang lebih menekankan pada kecerdasan otak. 



  1. Communication


Komunikasi menjadi yang kedua setelah kolaborasi. Sebab, buah dari kejeniusan itu mesti dikomunikasikan. Buah dari kejeniusan dalam memecahkan persoalan, misal, perlu dikomunikasikan. Komunikasi itu sendiri meliputi banyak hal. Bisa berupa tulisan ataupun kemampuan berbicara.


Untuk membangun kemampuan komunikasi ini latihlah mulai dari bagaimana Ayah Bunda berkomunikasi dengan anak. Cara anak berkomunikasi dengan orangtuanya bisa menjadi gambaran sejauh mana kemampuan berkomunikasi anak tersebut.



  1. Content


Cukup unik, Prof. Hirsh-Pasek menggabarkan konten ini sebagai apa yang dimiliki oleh anak. apa yang dibaca oelh anak, apa yang pelajari oleh anak. Sederhananya, konten ini adalah wawasan yang dikuasai anak. Jadi, tak heran bahwa membaca sangat menentukan tingkat kejeniusan anak.



  1. Critical Thinking


Berpikir kritis ini bisa dilatih. Dalam bukunya, ditulisakan bahwa banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh anak adalah salah satu proses belajar berpikir kritis mereka. Jadi, keliru ketika Ayah Bunda menyuruh anaknya diam saat mereka mengajukan banyak pertanyaan. Sebaliknya, Ayah Bunda seharusnya mendoronganak untuk banyak bertanya, mengembangkan rasa ingin tahunya yang tinggi. Pancinglah anak untuk mempertanakan banyak hal. Misal, saat di dalam mobil, Ayah menginjak rem, tanyakan pada anaknya, “kenapa pas direm, badan kita terdorong ke depan?”



  1. Creative innovation


Salah satu tolak ukur kejeniusan seseorang bisa dilihat dari inovasi yang dibuatnya. Inovasi itu sendiri hanya bisa dibuat ketika seseorang memahami seluk-beluk dan hal-hal dasarnya. Laurnya seperti ini, seseorang paham bagaimana sesuatu bekerja, kemudian ia bisa mengidentifikasi sisi mana yang kurang, lalu lahirlah inovasi yang bisa menanggulangi kekurangan tersebut.


Jadi, untuk membentuk anak menjadi jenius, Ayah Bunda sebisa mungkin membantunya meluaskan wawsannya. Semakin luas wawasannya, semakin ia tahu mana yang kurang, dan semakin berpotensi pula ia berinovasi untuk menutupi kekurangan tersebut.



  1. Confidence


Prof Hirsh-Pasek bilang begini, anak harus percaya diri untuk mengambil risiko yang aman. Singakat, sederhana, tapi di luar cara pandang umum. Banyak orang berpikir untuk membuat anak menjauhi risiko. Pandangan umum orang juga mengatakan bahwa risiko itu sesuatu yang tidak aman. Tapi, Prof Hirs-Pasek menyarankan suapaya anak percaya diri mengambil risiko yang aman. Sangat menarik!


Itulah 6 hal yang mesti Ayah Bunda latih pada putra putrinya supaya mereka tumbuh menjadi anak jenius. Lalu bagaimana dengan buku Confidence in Science, seperti dikuti di dalam judul.


Begini, Ayah Bunda kan sudah tahu langkah praktisnya, apa yang harus dilatih untuk membentuk anak jadi jenius, yakni dengan 6C di atas. sekarang, bagaimana melatih 6C tersebut? Tentu Ayah Bunda membutuhkan media yang tepat. Misal, ketika Ayah Bunda mendorong anaknya untuk meluaskan wawasannya sebagaimana disarankan pada poin Conten di atas, kan butuh buku ya, Bund. Kemudian, untuk poin critical thinking, di atas dijelaskan bahwa untuk melatihnya, Ayah Bunda perlu meningkatkan rasa ingin tahu anak. Nah, dari mana anak menemukan jawabnnya, di situlah peran buku Confidence in Science terletak.


Jadi, latihlah 6C di atas, lengkap dengan pendampingan buku Confidence in Science. InsyaAllah, usaha Ayah Bunda mendidik anaknya supaya jadi anak jenius akan menemukan hasilnya.