Cerita anak keteladanan nabi bisa menjadi salah satu sarana paling efektif dalam mendidik dan menanamkan sifat baik pada anak. Misal, sesuai dengan judul, jika anak masih belum bisa menerapkan sopan santun dalam aktivitas sehari-hariya, mungkin Ayah Bunda bisa mulai mendidiknya dengan cerita anak keteladanan nabi, tidak dengan nasihat eksplisit saja.
Penting dipahami bahwa di zaman sekarang, bukan hanya ucapan dan perilaku orangtua yang anak lihat. Tetapi juga siapa saja yang ada di dalam televisi. Bahkan, bisa jadi anak ini lebih banyak menghabiskan waktunya dengan tv, yang otomatis anak lebih banyak merekam segala pembicaraan dan perilaku aktor-aktor di dalamnya. Kita ketahui, apa yang muncul di dalam tv itu mengandung budaya yang beragam dan tidak sedikit yang bertentangan dengan budaya ketimuran yang kita anut.
Di situlah tantangannya, referensi contoh perilaku dan bahasa yang anak miliki lebih banyak. Akan lebih sulit bagi Ayah Bunda untuk mendidik si kecil. Kendati demikian, fenomena seperti ini tidak sepenuhnya membuat proses mendidik anak dengan nilai-nilai keislaman menjadi tak bisa dilakukan. Hanya yang pasti, Ayah Bunda mesti berlomba dangan tayangan televisi, bagaimana Ayah Bunda bisa mendidik mereka dengan cara yang lebih menyenangkan, atraktif, dan menarik.
Ayah Bunda harus lebih kreatif. Tidak bisa lagi hanya menjelaskan definisi sopan santun saat menanamkan karakter sopan santun tersebut pada anak. Tetapi, idealnya dilakukan dengan cara yang memang secara naluriah digemari anak. Dengan demikian, jika caranya sudah tepat, cara yang mengundang antusias anak, pesan di dalamnya pun akan lebih mudah dipahami dan diterima oleh mereka.
Dari berbagai penelitian, Ayah dan Bunda bisa baca sendiri bahwa cerita adalah metode paling efektif dalam mendidik anak. Secara alami, cerita itu melibatkan emosi dan imajinasi. Dua hal inilah yang menjadi pokok perbedaan. Maka dari itu membacakan cerita anak keteladanan Nabi merupakan pilihan yang tepat.
Sederhananya begini. Kita bandingkan. Pertama, Ayah Bunda mendidik sopan santun dengan cara mengatakan, “sopan santun itu bla bla bla, anak itu harus bersikap sopan…” Kedua, Ayah Bunda mendidik sopan santun dengan cara menceritakan sebuah kisah seseorang yang bersikap sopan. Salah satunya dengan menceritakan buku cerita anak keteladanan Nabi.
Cara kedua itu lebih berpotensi untuk menginspirasi anak guna melakukan hal yang sama. Sebab, ada emosi di dalamnya. Ada imajinasi yang dipakai untuk membayangkan keseluruhan ceritanya. Anak pun tak merasa digurui, tetapi justru dengan sendirinya - seperti yang sudah dikatakan - terdorong untuk melakukan hal serupa.
Cara pertama mungkin juga bekerja. Tetapi, menelaah bagaimana cara otak anak bekerja, maka cara pertamalah yang kemudian menunjukkan hasil yang lebih positif. Dalam hal ini, ilmu pengetahuan telah membantu kita mencari cara yang efektif untuk mendidik anak.
Nah, sekarang kita lihat kebiasaan Ayah Bunda sendiri di rumah. Biasanya, kalau kasih tahu anak, reaksi si kecil bagaimana? Apakah ia angguk-angguk memahami. Atau biasa terjadi perlawanan, bantahan, hingga tak jarang sampai adu mulut. Terlebih, jika anak sudah sangat dekat dengan gadget. Tidak sedikit penelitian yang membuktikan bahwa tingkat agresivitas anak meningkat seiring dengan frekuensi penggunaan gadget. Jika demikian, mungkin kita juga harus introspeksi, apakah ada yang kurang tepat dengan cara mendidiknya, atau bagaimana.
Lantas, jika Ayah Bunda kesulitan menemukan buku cerita anak keteladanan nabi sebagai sarana mendidik anak dalam hal sopan santun dan karakter positif lainnya, paket buku Seri Teladan Rasulullah bisa jadi pilihan yang tepat. Pasalnya, buku ini secara khusus berisi 13 jilid yang masing-masingnya khusus mengisahkan sifat terpuji Rasul.
Terdapat juga satu jilid sirah nabi yang bisa menjadi asupan lain bagi anak maupun bagi Ayah Bunda sendiri. Dan yang paling penting, dalam paket buku Seri Teladan Rasul ini, Ayah Bunda juga dibekali dengan sebuah buku panduan orangtua yang berisi tuntunan bagaimana memaksimalkan peran Seri Teladan Rasul dalam mendidik karakter anak.