Mandira Dian Semesta
Tips Menghadapi si Kecil yang Mulai Melampaui Batas, Nanti Beri ia Confidence in Science
Tips Menghadapi si Kecil yang Mulai Melampaui Batas, Nanti Beri ia Confidence in Science By admin / 25 October 2018

Confidence in Science di usia sekolah dasar dengan sikap melampaui batas di usia balita adalah kombinasi yang semua Ayah Bunda inginkan. Kombinasi itu membuat anak menjadi seseorang yang melebihi usianya sendiri. Paham, Bund? Hihi. Mari kita urai!


Ketika si kecil tampak mendeklarasikan, ‘aku bisa sendiri!’ Yang mesti Ayah Bunda lakukan adalah membiarkannya berjalan demikian. Tetapi harus tetap mengawasinya.


Sebagai balita, anak itu senang mengikuti apa yang dikatakan Ayah Bundanya. Namun, ketika mereka tumbuh agak besar sedikit, mereka mulai menyadari bahwa mereka bisa melakukannya sendiri. Yang awalnya selalu disuapin jika makan, dipakaikan popok, pada suatu hari, anak akan berpikir bahwa mereka bisa makan sendiri, bisa buang air sendiri ke kamar mandi. Dan saat tersebutlah saat-saat yang disebut sebagai melampaui batas.


Hal itu tentunya sangat positif bagi anak. kendati demikian, secara tidak langsung, semuanya harus tetap dalam pengawasan Ayah Bunda. Tovah Klein, Ph.D pun, penulis How Toddlers Thrive, mengatakan, “Anak pada usia tersebut melihat dirinya sebagai bagian yang ‘terpisah’ dari orangtuanya, maka biarkan mereka membuat keputusannya sendiri.


Nah, ada beberapa tips yang barangkali sangat berguna untuk Ayah Bunda ketika menghadapi masa-masa seperti ini, ketika anaknya ‘melampaui batas’ kemampuannya, ketika mereka mulai merasa independen.



  1. Biarkan mereka jadi boss (sometimes)


Di masa seperti ini, anak kerap mendobrak kebiasannya untuk mencoba menunjukkan otoritasnya. Itu juga kenapa anak punya kata-kata favorit “biar aku yang kerjakan!”, “Tidak! Itu punyaku!” Maka, disarankan Ayah Bunda untuk membiarkannya demikian, membiarkan anak merasa punya otoritasnya sendiri. malah katanya mesti disupport. Sikap Ayah Bunda seperti itu akan membuat anak merasa dihargai dan mungkin membuat mereka tidak akan melawan Ayah Bunda di waktu lain.



  1. Fokus pada kebiasaan baik


Begini, ketika Ayah Bunda mengatakan pada anak, “jangan pukul-pukul pintu,” apa yang mereka dengar adalah tindakkan, “pukul-pukul pintu.” Pendekatan yang lebih baik Ayah Bunda ambil adalah dengan mengatakan apa yang seharusnya anak lakukan.


Jadi, ketika anak memukul-mukul pintu, untuk menghentikannya, Ayah Bunda sebaiknya mengatakan misal, “sini, lebih baik bantu Bunda memotong wortel.” Setidaknya begitulah yang dikatakan Carrie Contey, Ph.D., human-development specialist dan parenting couch, Texas. Katanya, jika anak menghentakkan kaki pada meja ketika makan malam, yang mesti ayah Bunda katakan adalah, “tolong turunkan kakinya dan diam.” Kuncinya, kata Carry, semakin keras Ayah Bunda memberi respons, semakin besar pula dorongan anak untuk act out. Ingat, fokus pada tindakkan atau kebiasaan baiknya!



  1. Kurangi perdebatan


Pediatric nurse practitioner sekaligus pelatih parenting, Dana Entin menyebut bahwa jika orangtua masih saja mengatakan ‘tidak’ pada anaknya atau berdebat melakukan tawar-menawar, maka mungkin itu waktu yang tepat untuk mengevaluasi peraturan yang dibuatnya. Selama tidak membahayakan, biarkanlah anak melakukan apa yang ia hendaki. Apa salahnya coba jika anak tidur dengan gaun putrinya? Apa salahnya coba jika anak terlalu lama membuka sepatunya. Membiarkan anak melakukan yang ia inginkan itu, selain mengurangi stress level Ayah Bunda, juga justru membuat anak akan terus berusaha bertingkah kooperatif.


Nah itu tiga tips bagi Ayah Bunda untuk menghadapi fase-fase ketika anak mulai belajar melampaui batas ‘kemampuan’ atau batas kebiasaan. Seharusnya, Ayah Bunda berbahagia ketika anak mulai memasui fase ini. Oh ya, jika ingin lebih optimal pada fase ini, coba sertakan buku Halo Balita di keseharian anak.


Lalu, sesuai dengan judul yang menyebut, ‘Nanti Beri Ia Confidence in Science’ maksudnya begini. Anak melampaui batas itu adalah sebuah indikator bahwa anak itu sudah mandiri, sesuai dengan kada kemandirian di usianya. Nah, ketika anak seperti ini masuk ke sekolah dasar, maka buku Confidence in Science itu akan menjadi kombinasi yang sangat apik untuk mendukung keahliannya dalam bidang sains, mendukung prestasi akademiknya di sekolah, dan merangsang kecerdasannya untuk melampaui anak seusianya.


Jika anak kelas satu SD pada umumnya belum memikirkan bagaimana segala hal yang di sekitarnya bisa terjadi, anak yang bacaannya buku Confidence in Science itu otaknya justru tidak bisa untuk tidak mempertanyakan bagaimana sesuatu yang dilihatnya bisa terjadi. Melihat hujan, ia akan berpikir, bagaimana bisa terjadi hujan. melihat pohon, ia berpikir, bagaimana pohon kok bisa tumbuh jadi segede itu. Melihat cicak makan nyamuk, anak ini akan berpikir, kok nyamuk dimakan cicak.


Begitulah. Confidence in Science mendorong anak untuk keluar melihat sains secara tak biasa, di luar dari kebiasaan pada umumnya. Confidence in Science mendorong anak melihat sains sebagai sesuatu yang melekat di dalam dirinya, yang berkaitan dengan kehidupannya, bukan sesuatu yang ada di luarnya, yang hanya pelajaran sekolah atau tugas dari bapak guru semata.


Melampaui batas di usia balita adalah indikasi kemandirian. Optimalkan dengan sikap Ayah Bunda yang sesuai dengan tips di atas. Lantas, beranjak agak besar, maksimalkan kemandirian anak dalam ilmu pengetahuan dengan memberinya Confidence in Science. Lihat, bagaimana ia melampaui usianya.