Di tengah kemajuan teknologi, hampir setiap aktivitas kini melibatkan layar dari belajar, bekerja, hingga hiburan. Anak-anak tumbuh dengan tablet di tangan, remaja tak lepas dari ponsel, dan orang dewasa pun sulit jauh dari notifikasi. Namun, di balik kemudahan ini, muncul fenomena baru yang diam-diam menggerogoti kemampuan otak yaitu brain rot.
Istilah ini menjadi viral di media sosial karena menggambarkan kondisi otak yang “tumpul” akibat paparan konten digital instan yang berlebihan. Banyak orang mengaku merasa sulit fokus, cepat bosan, bahkan kehilangan semangat untuk melakukan hal-hal yang dulu disukai. Menurut pakar kesehatan mental, kondisi ini bukan hanya sekadar kebiasaan buruk, tetapi bisa berdampak serius terhadap fungsi kognitif dan emosi, terutama pada anak dan remaja yang otaknya masih berkembang. Baca Juga : Pentingnya Membatasi Screentime pada Anak
Secara sederhana, brain rot berarti penurunan kemampuan berpikir dan konsentrasi akibat konsumsi berlebihan terhadap konten digital yang cepat dan dangkal, seperti video berdurasi pendek, game, dan media sosial. Konten-konten tersebut dirancang untuk memicu dopamine yaitu zat kimia yang memberi rasa senang sehingga otak terbiasa dengan rangsangan instan.
Menurut Dr. Anna Lembke, psikiater dari Stanford University dan penulis buku Dopamine Nation, otak manusia seperti mesin yang selalu mencari “hadiah cepat”. Ketika kita terlalu sering menatap layar, sistem dopamin bekerja tanpa henti, dan akhirnya otak kehilangan kemampuan untuk menikmati hal-hal yang membutuhkan kesabaran seperti membaca, belajar, atau berbincang dengan orang lain.
Setiap kali kita menatap layar, terutama konten yang cepat dan menarik seperti video pendek atau game, otak memproduksi dopamin, hormon yang menimbulkan rasa senang.
Semakin sering dopamin dilepaskan, otak menjadi “malas” mencari sumber kesenangan alami seperti bermain di luar, berinteraksi, atau membaca buku.
Menurut Dr. Jean Twenge, penulis iGen dan profesor psikologi di San Diego State University, paparan layar berlebih dapat menurunkan empati, meningkatkan kecemasan, dan mengganggu perkembangan sosial anak. “Generasi yang tumbuh bersama layar cenderung mengalami penurunan kemampuan fokus dan interaksi sosial nyata,” ujarnya.
Fenomena brain rot atau “otak tumpul akibat gadget” kini semakin sering dibicarakan, terutama di kalangan orang tua muda. Anak-anak zaman sekarang tumbuh di tengah banjir konten digital dari video pendek yang menghibur, game yang adiktif, hingga media sosial yang terus menggoda perhatian.
Berdasarkan rekomendasi World Health Organization (WHO):
Tips praktis untuk membatasi waktu layar dengan aturan yang jelas adalah
Ajak anak menikmati kegiatan nyata yang memberi pengalaman multisensori.
Beberapa contoh:
Menurut Dr. Dimitri Christakis (Seattle Children’s Research Institute), kegiatan dunia nyata merangsang perkembangan area otak yang tidak bisa digantikan oleh aktivitas digital, seperti empati, kreativitas, dan kemampuan sosial.
Anak belajar bukan dari nasihat, tapi dari contoh. Jika orang tua juga sulit lepas dari ponsel, anak akan menirunya. Cobalah menerapkan kebiasaan sederhana seperti:
Menurut Dr. Shimi Kang, psikiater anak dan penulis The Tech Solution, kehadiran orang tua yang mindful jauh lebih berpengaruh terhadap kesehatan mental anak dibanding sekadar aturan waktu layar.
Daripada melarang tanpa penjelasan, ajak anak berdialog dengan cara yang sederhana:
Buat area tertentu tanpa perangkat digital, seperti ruang makan, kamar tidur, atau ruang keluarga. Gunakan waktu di area ini untuk ngobrol, bermain papan edukatif, atau membaca bersama. Zona bebas gadget membantu anak mengasosiasikan rumah sebagai tempat istirahat dan koneksi emosional, bukan sekadar hiburan digital.
Alih-alih melarang gadget sepenuhnya, berikan pengganti yang menyenangkan. Buku interaktif, permainan edukatif, dan kegiatan read aloud bisa memberikan stimulus yang sama menariknya — tapi dengan dampak positif bagi otak.
Gadget memang punya banyak manfaat, tapi penggunaan tanpa kendali bisa membuat otak kehilangan keseimbangannya. Yuk, bantu anak menemukan kembali rasa ingin tahu alami lewat buku, aktivitas kreatif, dan waktu berkualitas bersama keluarga.
Kunjungi Mandira.id dan temukan berbagai produk literasi yang bikin anak kembali fokus, belajar, dan bahagia tanpa gadget.
Berikut ini adalah rekomendasi buku Mandira.id sesuai kategori yang tersedia di Mandira.id
Cocok untuk orang tua yang ingin mengenalkan nilai-nilai Islam dengan cara yang menyenangkan dan membumi.
Mendukung rasa ingin tahu dan kecintaan anak terhadap ilmu pengetahuan sejak dini.
Ideal untuk anak usia dini yang sedang dalam masa emas tumbuh kembang dan pembentukan karakter.
Ingin melengkapi koleksi buku anak di rumah? Di Mandira.id dapat mendapatkan buku anak premium berkualitas dengan berbagai pilihan program pembayaran yang fleksibel:
Yuk, kunjungi Mandira.id sekarang dan pilih koleksi buku terbaik untuk si kecil! Klik di sini untuk cek koleksi dan program lengkapnya di Mandira.id!