Gadget dan Brain Rot: Saat Otak Terlalu Lama Menatap Layar

Oleh MinDira | 17 November 2025 di Artikel
Bagikan artikel ini

Di tengah kemajuan teknologi, hampir setiap aktivitas kini melibatkan layar dari belajar, bekerja, hingga hiburan. Anak-anak tumbuh dengan tablet di tangan, remaja tak lepas dari ponsel, dan orang dewasa pun sulit jauh dari notifikasi. Namun, di balik kemudahan ini, muncul fenomena baru yang diam-diam menggerogoti kemampuan otak yaitu brain rot.

Istilah ini menjadi viral di media sosial karena menggambarkan kondisi otak yang “tumpul” akibat paparan konten digital instan yang berlebihan. Banyak orang mengaku merasa sulit fokus, cepat bosan, bahkan kehilangan semangat untuk melakukan hal-hal yang dulu disukai. Menurut pakar kesehatan mental, kondisi ini bukan hanya sekadar kebiasaan buruk, tetapi bisa berdampak serius terhadap fungsi kognitif dan emosi, terutama pada anak dan remaja yang otaknya masih berkembang. Baca Juga : Pentingnya Membatasi Screentime pada Anak

Apa Itu Brain Rot

Secara sederhana, brain rot berarti penurunan kemampuan berpikir dan konsentrasi akibat konsumsi berlebihan terhadap konten digital yang cepat dan dangkal, seperti video berdurasi pendek, game, dan media sosial. Konten-konten tersebut dirancang untuk memicu dopamine yaitu zat kimia yang memberi rasa senang sehingga otak terbiasa dengan rangsangan instan.

Menurut Dr. Anna Lembke, psikiater dari Stanford University dan penulis buku Dopamine Nation, otak manusia seperti mesin yang selalu mencari “hadiah cepat”. Ketika kita terlalu sering menatap layar, sistem dopamin bekerja tanpa henti, dan akhirnya otak kehilangan kemampuan untuk menikmati hal-hal yang membutuhkan kesabaran seperti membaca, belajar, atau berbincang dengan orang lain.

Mengapa Gadget Bisa Sebabkan Brain Rot

Setiap kali kita menatap layar, terutama konten yang cepat dan menarik seperti video pendek atau game, otak memproduksi dopamin, hormon yang menimbulkan rasa senang.
Semakin sering dopamin dilepaskan, otak menjadi “malas” mencari sumber kesenangan alami seperti bermain di luar, berinteraksi, atau membaca buku.

Menurut Dr. Jean Twenge, penulis iGen dan profesor psikologi di San Diego State University, paparan layar berlebih dapat menurunkan empati, meningkatkan kecemasan, dan mengganggu perkembangan sosial anak. “Generasi yang tumbuh bersama layar cenderung mengalami penurunan kemampuan fokus dan interaksi sosial nyata,” ujarnya.

Cara Mencegah Brain Rot di Rumah

Fenomena brain rot atau “otak tumpul akibat gadget” kini semakin sering dibicarakan, terutama di kalangan orang tua muda. Anak-anak zaman sekarang tumbuh di tengah banjir konten digital dari video pendek yang menghibur, game yang adiktif, hingga media sosial yang terus menggoda perhatian.

Tanpa disadari, semua ini membuat otak anak bekerja secara instan dan kehilangan kemampuan untuk fokus, berpikir mendalam, serta menikmati kegiatan sederhana. Berikut panduan lengkap untuk membantu Parents mencegah brain rot dan menumbuhkan kembali fokus serta kreativitas anak di era digital.

Batasi Waktu Layar dengan Aturan yang Jelas

Berdasarkan rekomendasi World Health Organization (WHO):

  1. Anak usia di bawah 2 tahun sebaiknya tidak terpapar layar sama sekali.
  2. Anak usia 2–5 tahun boleh menggunakan layar maksimal 1 jam per hari dengan pendampingan orang tua.
  3. Anak di atas 6 tahun dapat menggunakan gadget lebih fleksibel, namun tetap perlu waktu istirahat dan aktivitas non-digital yang seimbang.

Tips praktis untuk membatasi waktu layar dengan aturan yang jelas adalah

  1. Buat “jadwal bebas layar” di rumah, misalnya setelah pukul 19.00 atau saat makan bersama.
  2. Gunakan fitur screen time control di perangkat untuk membantu membatasi durasi.
  3. Jelaskan alasan pembatasan pada anak, agar mereka memahami bahwa aturan ini untuk melindungi otaknya, bukan bentuk larangan semata.

Bangun Rutinitas Aktivitas Tanpa Gadget

Ajak anak menikmati kegiatan nyata yang memberi pengalaman multisensori.
Beberapa contoh:

  1. Membacakan buku: Menurut studi Ohio State University (2019), anak yang rutin dibacakan buku sejak dini memiliki kosakata hingga 1,4 juta kata lebih banyak dibanding anak yang jarang dibacakan.
  2. Berkreasi dengan tangan: Melukis, bermain tanah liat, atau membuat prakarya melatih motorik halus dan fokus.
  3. Bermain di luar rumah: Kegiatan fisik di alam membantu melepaskan stres, memperbaiki tidur, dan menstimulasi rasa ingin tahu alami anak.

Menurut Dr. Dimitri Christakis (Seattle Children’s Research Institute), kegiatan dunia nyata merangsang perkembangan area otak yang tidak bisa digantikan oleh aktivitas digital, seperti empati, kreativitas, dan kemampuan sosial.

Jadikan Diri Sendiri Teladan Digital yang Baik

Anak belajar bukan dari nasihat, tapi dari contoh. Jika orang tua juga sulit lepas dari ponsel, anak akan menirunya. Cobalah menerapkan kebiasaan sederhana seperti:

  1. Menaruh ponsel di luar kamar tidur.
  2. Tidak bermain gadget saat berbicara dengan anak.
  3. Membuat family challenge, misalnya “30 menit tanpa layar” sebelum tidur atau di akhir pekan.

Menurut Dr. Shimi Kang, psikiater anak dan penulis The Tech Solution, kehadiran orang tua yang mindful jauh lebih berpengaruh terhadap kesehatan mental anak dibanding sekadar aturan waktu layar.

Ajak Anak Memahami Fungsi Otak dan Dampak Layar

Daripada melarang tanpa penjelasan, ajak anak berdialog dengan cara yang sederhana: “Otak kita itu seperti otot, kalau sering dipakai untuk hal cepat, nanti jadi malas berpikir lama. Tapi kalau kita latih dengan baca buku, main di luar, atau ngobrol, otaknya jadi kuat dan cerdas.” Penjelasan seperti ini membantu anak memahami alasan di balik batasan, bukan sekadar merasa dikekang. Anak pun lebih mudah diajak kerja sama.

Ciptakan Zona Bebas Gadget di Rumah

Buat area tertentu tanpa perangkat digital, seperti ruang makan, kamar tidur, atau ruang keluarga. Gunakan waktu di area ini untuk ngobrol, bermain papan edukatif, atau membaca bersama. Zona bebas gadget membantu anak mengasosiasikan rumah sebagai tempat istirahat dan koneksi emosional, bukan sekadar hiburan digital.

Gunakan Buku dan Mainan Edukatif Sebagai Alternatif

Alih-alih melarang gadget sepenuhnya, berikan pengganti yang menyenangkan. Buku interaktif, permainan edukatif, dan kegiatan read aloud bisa memberikan stimulus yang sama menariknya — tapi dengan dampak positif bagi otak. Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), kegiatan interactive reading membantu anak membangun fokus, empati, dan kemampuan bahasa jauh lebih efektif dibanding menonton video pendidikan sekalipun.

Saatnya Kembalikan Fokus Anak Lewat Aktivitas Bermakna Bersama Mandira.id

Gadget memang punya banyak manfaat, tapi penggunaan tanpa kendali bisa membuat otak kehilangan keseimbangannya. Yuk, bantu anak menemukan kembali rasa ingin tahu alami lewat buku, aktivitas kreatif, dan waktu berkualitas bersama keluarga. Ingin tahu buku dan permainan edukatif yang bisa bantu anak lepas dari ketergantungan layar?
Kunjungi Mandira.id dan temukan berbagai produk literasi yang bikin anak kembali fokus, belajar, dan bahagia tanpa gadget.

Berikut ini adalah rekomendasi buku Mandira.id sesuai kategori yang tersedia di Mandira.id

Back to Al-Qur'an & Hadits

Cocok untuk orang tua yang ingin mengenalkan nilai-nilai Islam dengan cara yang menyenangkan dan membumi.

  • Learning Islam For Kids – pengenalan dasar tentang Islam secara ringan dan aplikatif.
  • Wow Amazing Series – kisah-kisah luar biasa dari dunia Islam yang memukau anak-anak.
  • SabaQu for Muslim Kids – cara seru belajar Al-Qur’an dan nilai-nilai Islam lewat permainan.
  • Kisah Para Sahabat Rasulullah SAW – cerita inspiratif penuh teladan untuk anak-anak Muslim.

Explore The Knowledge

Mendukung rasa ingin tahu dan kecintaan anak terhadap ilmu pengetahuan sejak dini.

  • Confidence in Science – membangun kepercayaan diri anak dalam dunia sains.
  • How and Why – menjawab rasa ingin tahu anak dengan penjelasan yang sederhana.
  • Series Ilmuwan Muslim – mengenalkan tokoh-tokoh sains Muslim dengan bahasa anak.
  • Aesop’s Fables Read & Play – kisah moral klasik yang bisa dibacakan sambil bermain.
  • Little Mathematician – pengenalan konsep matematika yang mudah dan menyenangkan.

First Step Learning

Ideal untuk anak usia dini yang sedang dalam masa emas tumbuh kembang dan pembentukan karakter.

  • New Halo Balita – seri klasik yang disukai banyak orang tua untuk bonding dan edukasi dini.
  • Nabiku Idolaku Balita – mengenalkan kisah nabi-nabi secara lembut dan sesuai usia.
  • Funtastic Learning – aktivitas edukatif seru yang bisa dimainkan sambil belajar.
  • Baby All Baby – buku pertama si kecil untuk mengenal dunia di sekitarnya.
  • Healthy Kids – membiasakan hidup sehat dan mengenalkan kebiasaan baik sejak dini.

Ingin melengkapi koleksi buku anak di rumah? Di Mandira.id dapat mendapatkan buku anak premium berkualitas dengan berbagai pilihan program pembayaran yang fleksibel:

  1. Program Cash - Langsung beli sesuai harga, lihat produknya disini
  2. Program Arisan - Beli buku sambil menabung bersama teman-teman, lihat informasi selangkapnya disini
  3. Program Tabungan Buku - Nabung dahulu dan dapatkan koleksi buku impian jadi milik si kecil, lihat informasinya selangkapnya disini

Yuk, kunjungi Mandira.id sekarang dan pilih koleksi buku terbaik untuk si kecil! Klik di sini untuk cek koleksi dan program lengkapnya di Mandira.id!

Tags